Semarang, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengapresiasi capaian kinerja ekspor komoditas pertanian asal Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Menurutnya, pembangunan pertanian di Jateng tidak lagi berbicara swasembada pangan, namun telah masuk fase daulat pangan berbasis ekspor.
"Banyak komoditas menarik yang dapat diekspor. Kami sudah mengembangkan e-cert yang memudahkan bagi produk kita di negara tujuan. Tidak akan ada lagi penolakan produk di saat perjalanan," kata Amran dalam keterangan tertulis, Minggu (29/9).
Amran mengharapkan model pembangunan pertanian yang berhasil di Jateng dapat diduplikasi di daerah lainnya, sehingga ekspor komoditas pertanian semakin meningkat. "Ekspor kita meningkat 9 juta ton selama 5 tahun dan ini capaian luar biasa," ujarnya.
Amran mendapatkan penjelasan bahwa di akhir triwulan ke-3 tahun 2019, nilai barang ekspor produk pertanian yang dihasilkan petani dan peternak dari Jateng mencapai Rp2,51 triliun, atau meningkat 19,02% dibandingkan periode sama di tahun 2018 yang hanya mencapai Rp2,3 triliun.
"Saya mengapresiasi petani di Jawa Tengah karena produknya berkualitas dan laris di pasar ekspor. Berkat kerja keras Pak Gubernur, kami mendorong dengan kebijakan," katanya saat melakukan inspeksi proses bisnis karantina di Depo Pelindo, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Minggu (29/9).
Menurut Amran, capaian ini merupakan bukti keberhasilan pembangunan pertanian bersama pemerintah daerah. Sementara itu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang mendampingi Amran menyampaikan, komoditas ekspor kali ini merupakan hasil petani dan peternak di Jateng, seperti di Kabupaten Temanggung, Grobogan, Demak, Magelang, Semarang, dan Salatiga.
Berbagai komoditas yang dilepas diantaranya kopi biji sebanyak 19,2 ton tujuan Mesir, kacang hijau volume 216 ton tujuan Cina, daun pakis sebesar 2,8 ton tujuan Jepang, dan sarang burung walet sebanyak 829,1 kg tujuan Cina.
Yang menarik juga, bunga melati dalam bentuk kuntum dan rangkaian sejumlah 6,24 ton senilai Rp418,5 juta. Komoditas unggulan ekspor Jateng ini berasal dari petani di Kabuputen Tegal, Pemalang, Pekalongan, dan Batang tersebut dikirim untuk pasar ekspor di Malaysia, Singapore, dan Thailand.
"Komoditas bunga melati dari lereng Gunung Sumbing ini adalah padat karya dan mampu memberdayakan puluhan ribu masyarakat yang ada di sana," ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, upaya yang dilakukan Kementan sudah tepat. Pemerintah daerah akan serius mendorong kebijakan Kementan. Pemerintah daerah melaksanakan dan membina petani agar mampu berproduksi secara baik dan ekspor.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil, yang juga mendampingi Mentan dalam acara tersebut menambahkan bahwa sertifikasi ekspor oleh Karantina Semarang hingga bulan ini mencapai Rp6,7 triliun.
Menurutnya, sertifikasi ekspor tersebut meliputi produk pertanian sebesar Rp2,51 triliun dan nonpertanian berupa aneka kayu asal produk kehutanan dan kelautan berupa rumput laut dan lainnya sebanyak Rp3,2 triliun.
Jamil mengatakan, kenaikan jumlah eksportir komoditas pertanian di Jateng mencapai 1.967 pelaku usaha, baik perorangan maupun korporasi. Jumlah tersebut meningkat 5,24% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1.584 pelaku usaha. Jamil berharap, tumbuhnya eksportir baru terutama kalangan milenial dapat memacu kreativitas dan daya tembus pada pasar baru yang semakin besar.
Selain itu, dari wilayah Jateng terjadi peningkatan frekuensi ekspor hingga 4,25% atau sekitar 6.719 kali hingga bulan September. Jamil mengapresiasi kerja sama pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas. "Makin banyak yang bisa diekspor, makin semangat dan sejahtera petani," ujarnya.