Jakarta, Gatra.com – Shaun si domba kembali hadir ke layar lebar. Karakter spin-off dari Wallace and Groomit (1995) tersebut kini kembali menyuguhkan petualangan yang seru, menarik, dan pastinya lucu.
Kalau pada sekuel pertama berjudul Shaun the Sheep Movie, sekarang film besutan sutradara Will Becher dan Richard Phelan menamakan sekuel keduanya dengan judul A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon.
Dalam film kedua ini, jelas tidak ada kaitanya dengan film Shaun the Sheep Movie yang rilis pada tahun 2015. Dari segi plotnya, sasaran dari film tetap menargetkan anak-anak sebagai pasar untuk bisa menikmati tayangan ini.
Lazimnya tontonan untuk anak-anak, A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon jelas menyajikan plot yang tidak terlalu rumit hingga membuat penonton mengernyitkan dahi. Alur cerita film ini sudah umumnya ditemui dalam film yang mengangkat soal alien atau makhluk asing yang kesasar atau terdampar di bumi.
Penulis naskah, John Brown dan Mark Burton, menghidangkan kisah seorang alien bernama Lu-la (Amalia Vitale) yang karena keisengannya mengutak-atik tombol kendaraannya--berupa piring terbang--membuat dia terhempas ke bumi.
Karena ulahnya sendiri ia mesti merasakan hidup di bumi hingga pada akhirnya bisa bertemu dengan si domba jenius, Shaun (Justin Fletcher), anjing gembala, Bitzer (John Sparkes), si domba imut, Timmy (Justin Fletcher) serta hewan-hewan peternakan Mossy Bottom Farm lainnya.
Dari kehadiran Lu-la inilah penonton akan diajak tertawa dengan polah Lu-la yang cenderung polos--sebab dia alien yang tidak tahu seluk beluk kehidupan makhluk bumi. Dari pandai menirukan suara orang atau hewan hingga sendawa Lu-la yang bisa menggetarkan bumi bak gempa, menjadi daya tarik film kartun yang berasal dari Inggris itu.
Tak hanya itu, Lu-la bersama Shaun dan Bitzer menjadi sosok sentral yang mampu mengocok perut penonton. Sembari menyelam minum air, ketika mereka bertiga hadir, maka keseruan bercampur ketegangan dan haru membikin kita lebih menikmati film ini, meski jika kita menilik kembali film ini, plotnya memang tidak terlalu menegangkan dan cenderung membikin kita senyum lalu tertawa ria.
Ketegangan yang dihadirkan berupa kemunculan tokoh wanita antagonis bernama Agent Red, seorang Kepala Ministry of Alien Detection (Departemen Pendeteksi Alien) yang menjadi momok bagi Lu-la, sebab semenjak adanya aduan dari salah seorang saksi mata yang melihat piring terbang mendarat di sebuah semak-semak, Agent Red berambisi untuk menangkapnya.
Dalam film berdurasi sekitar satu jam setengah ini, anak-anak bukan hanya diajarkan untuk tertawa tanpa adanya hikmah di dalamnya, barang tentu karena keisengan Lu-la sendiri, akhirnya ia jadi terhempas ke bumi, maka jelas, ia terpisah dari orang tuanya. Dari sini anak-anak bisa mengambil sedikit pelajaran bahwa di mana pun kita berada, pasti kita akan merindukan ayah dan ibunda kita sendiri.
Soal kerja sama tim juga dihadirkan dalam film, ini terlihat dari upaya Shaun dan Bitzer untuk bisa menolong Lu-la agar kembali berjumpa dengan orang tuanya. Yang menarik di sini, makna dibalik kata Farmageddon itu sendiri. Menurut penulis, Farmageddon inilah yang secara tidak langsung membuat Lu-la bisa bertemu dengan ayah dan ibunya.
Dan di Farmagaeddon lah Lu-la mengucapkan salam perpisahan dengan para hewan peternakan Mossy Bottom Farm kemudian kembali menuju planetnya. Singkatnya, Farmageddon adalah taman hiburan bertema alien yang dibentuk atas prakarsa dari the Farmer (pemilik peternakan).
Film bermodal sekitar 25 juta dolar Amerika Serikat ini, cocok ditonton oleh anak-anak bersama keluarga tercinta. Sebuah film yang menyajikan komedi dibalut petualangan beraroma science fiction menjadi kelebihan yang ditawarkan film hasil produksi Studiocanal dan Aardman Studio ini.
Meski Shaun the Sheep memang minim dialog--sebab ciri khasnya animasi bisu dan bersandar pada gestur saja--tetap bisa membikin Anda yang menonton tertawa dan tersenyum lebar. Untuk itu, secara keseluruhan A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon layak untuk ditonton anak-anak bersama keluarga ditemani camilan pengisi perut Anda.
Reporter: ARH