Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong produksi komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi guna meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani, salah satunya sorgum yang dikenal dengan nama latin Sorghum bicolor (L.) Moench.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, saat meninjau tanaman sorgum di Desa Raji tersebut, Jumat (27/9), menyampaikan, Kementan memberikan perhatian tinggi pada perkembangan budidaya sorgum di Desa Raji, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng).
Informasi dihimpun dalam peninjauan tersebut, Suwandi menyebutkan, petani di Desa Raji, Demak, sudah turun temurun, sehingga puluhan tahun menanam sorgum. Secara total, luas budidaya sorgum se-Kabupaten Demak sebesar 80 hektare dan benih sorgum yang ditanam yakni varietas lokal dengan umur panen hingga 3 bulan.
“Sorgum rata-rata ditanam pada musim tanam III atau musim kering. Saat ini, musim tanam III sedang berakhir akan segera panen. Produksinya bisa 8 hinga 9 ton per hektare," katanya.
Sedangkan untuk harga sorgum mencapai Rp5.000 per kilogram. "Jika produksi 8 ton saja, maka hasil panen petani sebesar Rp40 juta per hektare. Dengan biaya produksi Rp7 juta per hektare, maka pendapatan petani Rp33 juta per musim [3 bulan]. Artinya, pendapatan petani per bulan sebesar Rp11 juta,” ujarnya.
Suwandi menjelaskan, pada tahun 1970, sorgum sudah mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Tercatat ada sekitar 15 ribu hektare lahan sorgum yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurutnya, hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang, dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Mulai menjadi makanan seperti sirup, gula, kerajinan tangan, pati, biomas, bioetanol, tepung pengganti terigu, dan lainnya.
“Daerah penghasil sorgum dengan pola pengusahaan tradisional terdapat di daerah Demak, Grobogan, Pati, Wonogiri, Gunung Kidul, Kulon Progo, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Probolinggo. Tahun depan sudah kita alokasi bantuan pengembangan untuk 5 ribu hektare. Ini bukti keseriusan kami mengembangkan sorgum," ungkapnya.
Lebih lanjut Suwandi mengungkapkan, yang menarik dari sorgum adalah tidak ada kandungan gluten. Sorgum kaya kandungan niasin, thiamin, vitamin B6, juga zat besi, dan mangan ini patut dikembangkan sebagai pangan alternatif yang menyehatkan.
“Ayo konsumsi pangan lokal, cintai produksi dalam negeri, Viva Republik Indonesia. Salam dari Demak untuk Sorgum,” ujar Suwandi.
Kus, salah satu wanita tani sorgum di Desa Raji, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, mengatakan, pada umumnya petani di daerahnya memproduksi sorgum sebagian dijual dan sebagian laginya digunakan untuk menjadi benih.
Penanaman sorgum menggunakan sistem tunggal atau per satu lubang diberikan benih sorgum sebanyak 4 sampai 5 biji. Cara pembenihannya juga mudah, yakni sorgum yang sudah dipanen cukup dijemur terlebih dahulu kemudian pisahkan semua biji sorgum dari tangkainya, selanjutnya dijemur kembali supaya kering dan disimpan dibotol kemasan air minum.
“Setelah musim tanam tiba, biji sorgum siap untuk ditanam. Satu lubang diisi sekitar 4 sampai 5 biji. Jika terlalu banyak, maka nanti khwatirnya batang rumputnya akan kecil- kecil. Dipupuk dengan menggunakan urea sebanyak 2 kali, pada 1 musim tanam sekitar 3 kuintal atau sama dengan 300 kilogram," ujar Kus saat berdialog dengan Suwandi.
"Tanaman ini hanya cukup menggunakan pupuk urea saja. Simpel ya Pak, dipupuk seperti jagung terus dalam waktu 3 bulan sudah bisa dipanen. Pupuknya cukup urea, hamanya burung serta ulat,” ungkapnya.
Kus juga menyampaikan bahwa memasarkan sorgum sangat mudah karena pembeli datang langsung ke petani. Hingga kini, sudah terdapat 4 pedagang yang sudah menjadi langganan, sehinga pasarnya tidak sulit.
“Kalau sudah di lapangan, petani tidak usah ke lapangan lagi. Kami nunggu di rumah nanti ditelepon dan suruh langsung ditimbang serta langsung terima duit. Tukang panen tidak perlu repot juga, jika sudah selesai panen maka pembeli akan langsung segera datang dan sudah bisa terima duit. Harganya bagus,” ucapnya.
Kus menambahkan, setelah musin hujan turun yakni musim tanam I, lahan yang ditanami sorgum ini akan ditanami tumpang sari bawang merah dan padi. Pada musim tanam II juga ditanami bawang merah dan padi.
“Dan baru di musim tanam III ditanami sorgum dan hasilnya sudah bisa dihitung jelas hasilnya. Jadi di sini di areal Kecamatan Demak, Desa Raji, tanamannya tumpang sari,” katanya.