Solo, Gatra.com - Aksi unjuk rasa yang terjadi di berbagai kota memberi sentimen negatif terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).  Meski ada aksi jual asing atau net sell Rp 1 triliun pada Selasa (24/9) lalu, Bank Indonesia optimistis penurunan IHSG tidak akan lama.

 

Hal ini disampaikan oleh Kepala BI Solo Bambang Pramono, Jumat (27/9). Dia menilai pergerakan IHSG dipengaruhi oleh dua faktor, yakni fundamental dari perusahaan dan  sentimen negatif dari luar.

 

"Biasanya investor akan melihat, kalau unjuk rasanya mengarah pada chaos dan mengancam disabilitas negara pasti memberikan sentimen negatif. Biasanya kalau investor takut, mereka akan menjual sahamnya," ucap Bambang.

 

Namun Bambang menilai reaksi investor hanya sementara. Sebab selama ini pasar Indonesia dianggap punya potensi cukup tinggi untuk memberi keuntungan bagi investor. "Biasanya tidak akan lama pasti kembali naik lagi," ucapnya.

 

Bambang menilai aksi unjuk rasa mahasiswa belakangan ini masih aman. Artinya, tidak memberi sentimen negatif secara signifikan pada perekonomian.

 

Pemerintah juga bertindak sigap dengan melakukan berbagai upaya seperti memberi pemahaman pada investor. Mengenai pengaruhnya terhadap perekonomian di Solo, ia mengatakan belum mengkaji secara mendalam. Hanya saja, jika terus berlanjut, demo-demo bisa menahan pertumbuhan ekonomi mengingat Kota Solo menjadi tujuan bagi wisatawan luar kota. 

 

"Kalau aksi unjuk rasa tidak terkendali tentu akan meningkatkan ketidakpastian ekonomi. Dan orang luar Solo bisa saja akan berpikir ulang ketika mau berkunjung kalau ada potensi kerusuhan," katanya.