Jakarta, Gatra.com - Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yudi Anantasena, menyatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih mudah diatasi dan diprediksi dibandingkan gempa.
"Sebenarnya dibandingkan gempa, karhutla ini lebih mudah diprediksi. Bila sudah dikatakan akan memasuki kemarau, sekat kanal dan sumur bor yang bisa digunakan untuk menyimpan air dapat mengaliri ke kawasan kering seperti gambut," katanya dalam konferensi pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (26/9).
Baca juga: Pejabat Pusat Jangan Jadi Penjilat Komentar Karhutla Riau
Menurutnya, upaya tersebut harus disiapkan sebab saat karhutla terjadi, penanganannya jauh lebih repot dan sulit serta tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar. Sehingga, ia mengharapkan seluruh pihak harus berkoordinasi dalam pencegahan karhutla.
Sementara itu, untuk penanganan karhutla, Yudi menyatakan, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan hujan buatan dinilai paling efektif untuk memadamkan asap dan api. Hingga kini, periode 17-25 September 2019, hujan buatan telah turun 101 juta liter meter kubik di Pontianak dan Palangkaraya.
Baca juga: BRG Terkendala Anggaran Rawat Sumur dan Sekat Kanal Gambut
"Sementara periode 23-25 September 2019, hujan buatan turun 30 juta meter kubik. Dengan totalan 32.900 kg NaCI [bahan untuk semai awan] dan 7.500 kg CaO [bahan untuk buyarkan asap] sehingga matahari masuk dan pertumbuhan awan menjadi bagus," ungkapnya.