Banyumas, Gatra.com - Orang Banyumas patut berbangga memiliki jajanan khas gethuk goreng. Sebab, kudapan asli Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional tahun 2017 lalu.
Gethuk goreng bisa dibilang salah satu oleh-oleh yang banyak dicari wisatawan. Rasanya yang khas manis dan gurih menjadi "rayuan maut" yang sulit ditolak.
Sejarah panjang makanan ini berawal kreasi H Sanpirngad tahun 1918 lalu. Rumah makan yang awalnya berjualan rames justru berkembang menjadi kios jajanan gethuk goreng. Usaha ini makin berkembang setelah menantunya, H Tohirin serta cucunya Hj Warsuti mewarisi cita rasa kudapan ini.
Salah satu cucu H Tohirin, Diah Novitarini, menuturkan, Sanpirngad, buyutnya merupakan pedagang nasi rames. Getuk basah adalah salah satu makanan yang turut disajikan.
"Sebelum digoreng, getuk ini tersisa sangat banyak. Agar tidak basi, sisanya digoreng. Ternyata malah banyak yang suka. Lama kelamaan, gethuk goreng lebih laris dan mengalahkan nasi ramesnya," tuturnya, ketika ditemui belum lama ini.
Menurut Diah, semenjak itu, gethuk goreng kian moncer. Demikian pula dengan gerai usaha kuliner ini. Hingga saat ini, ada 11 outlet ''Getuk Goreng H Tohirin'' di sepanjang Jalan Jenderal Soedirman, Sokaraja.
Jajanan ini selalu menjadi buruan wisatawan yang berkunjung ke Banyumas. Pasalnya, selain harga yang relatif murah, hanya Rp28.000 per kilogram untuk rasa orijinal gula Jawa. Sedangkan untuk rasa vanila, coklat, dan pisang harganya berkisar antara Rp30.000.
Tak heran, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, mengusulkan makanan ini sebagai warisan budaya. Sebab, sejarah panjang kuliner ini berawal dari Sokaraja.
"Sejauh ini baru satu kuliner asli Banyumas yang ditetapkan sebagai warisan budaya," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko.