Jakarta, Gatra.com – Founder Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3), Seno Gumira Ajidarma menjelaskan soal seluk-beluk humor. Ia menerangkan bahwa humor memiliki ciri agresivitas, keberpihakan, dan kelompok dominan.
Agresivitas menurut Seno, kadangkala humor yang disampaikan seseorang baik secara sadar maupun tak sadar melewati batas ketabuan atau norma dalam masyarakat sehingga menyulut konflik.
"Yang paling penting dalam konteks humor, humor itu agresif. Menyerang, sepertinya kita sering mengalami. Agresif, nekat melewati batas ketabuan," papar Seno dalam kuliah umum bertajuk "Komedi Indonesia Jaman Now," di Aula Stikom Interstudi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/9).
Lanjutnya, agresivitas tersebut bisa dilihat dari kasus majalah satir asal Prancis, Charlie Hebdo yang kerap menampilkan cover kartun yang provokatif misalnya mengejek Nabi Muhammad sehingga berujung pada insiden penembakan yang menewaskan 12 orang pada tahun 2015.
Seno menjelaskan bahwa humor juga bersifat politis atau berpihak. Dalam kaitannya dengan politik yang berkutat dengan kekuasaan. Kala penindasan terjadi secara masif maka humor akan kian subur.
"Jadi selalu berpihak ya, dan karena dia menjadi terali sosial kalau kita berhadapan dengan penindas, dan kita tak berdaya, biasanya humornya yang subur, itu terjadi pada masa Orde Baru," ucap pria yang juga Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tersebut.
Berangkat dari hal tersebut, ia menyampaikan bahwa humor bisa menjadi salah satu cara seseorang untuk bisa memahami konteks sosial, politik, maupun ekonomi yang terjadi pada masa itu.
Selain itu, pria yang dikenal sebagai sastrawan dan wartawan tersebut menjelaskan, humor juga berkaitan dengan kelompok dominan. Di mana yang banyak menertawakan yang sedikit.
"Humor itu sosial, selalu yang banyak menertawakan yang sedikit, katakanlah begitu. Yang normal menertawakan yang aneh, tidak pernah sebaliknya," ujarnya.
Reporter: ARH