Jakarta, Gatra.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan Indonesia tertinggal jauh dari segi diplomasi ekonomi dan harus diperbaiki sistem internal dalam kementerian dan lembaga.
"Saya akui Indonesia ini tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain dimana sudah banyak yang menjalin kerja sama dengan European Union (EU) untuk memperkuat sektor di masing-masing negara tersebut," kata Deputi Bidang Ekonomi, Bambang Prijambodo dalam seminar ARISE Indonesia National Dissemination di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (25/9).
Bambang menyatakan harapan dari kerja sama dengan EU dengan hibah yang diberikan, adalah perkuat bidang ekonomi Indonesia dan menembus pasar internasional. Serta lebih kepada penguatan kerjasama dengan dunia mancanegara.
"Penggunaan hibah ini akan fokus pada sektor yang kami kembangkan yaitu sektor tekstil, garmen, food and beverages, elektronik, dan farmasi. Tapi untuk teknisnya akan dibicarakan lebih lanjut dengan kementerian dan lembaga terkait seperti Kemendag dan Kemenperin," katanya.
Terkait dengan program ARISE Indonesia Trade Support Facility tentu akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
"Perdagangan menjadi salah satu kunci untuk menompang ekonomi selain investasi. Program ini sangat tepat untuk Indonesia dari segi pertumbuhan ekonomi," katanya.
Soal bagaimana dampaknya, Bambang menyatakan akan membantu ekspor dari Indonesia. Selain itu, untuk mengurangi defisit perdagangan serta meningkatkan surplus dari neraca perdagangan pada lima tahun ke depan.
"Saat ini, defisit perdagangan mencapai US$ 8,5 – 8,7 miliar. Dengan program ini, diharapkan 2024 akan memperkuat surplus neraca perdagangan sebesar 15 Miliar USD," katanya.
Adapun untuk pertumbuhan ekonominya, Bambang menargetkan rata-rata per tahun dari 2020 hingga 2024 akan mencapai 5,4 - 6,0 persen. Selain itu juga, akan memperkuat industri non migas di atas Produk Domestik Bruto (PDB) serta kehutanan, perkebunan, dan peternakan.