Washington. D.C - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Selasa kemarin mengecam Iran "haus darah". Dia meminta negara-negara lain untuk bergabung dengan Amerika Serikat untuk memberikan tekanan pada Iran setelah serangan terhadap fasilitas minyak Saudi. Namun, presiden tertua yang dimiliki Amerika itu tetap ingin membuka jalur perdamaian dengan Iran.
"Amerika tahu bahwa sementara siapa pun bisa berperang, hanya yang paling berani yang bisa memilih perdamaian," kata Trump dalam pidatonya di pertemuan tahunan Majelis Umum PBB para pemimpin dunia.
Para pemimpin Prancis dan Inggris menekan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk bertemu Trump, dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkannya bahwa itu akan "kesempatan langka" jika dia tidak melakukannya. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyarankan pemimpin Iran harus mengambil risiko soal pertemuan itu.
Iran tegas mengesampingkan pembicaraan bilateral dengan Amerika Serikat kecuali jika itu kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015. Yang notabene Trump tahun lalu langsung meradang dan memudahkan sanksi ekonomi parah untuk dikenakan pada Negeri Mulah itu.
Dalam penampilan ketiganya di PBB, Trump tampil dengan nada yang lebih tenang dibandingkan dengan ledakan pidato sebelumnya pada 2017 dan 2018. Ia berusaha untuk menyampaikan untuk meyakinkan bahwa Amerika bisa membuka perdamaian dengan Iran namun dengan syarat denuklirisasi.
Rouhani mengatakan bahwa Iran terbuka untuk membahas perubahan kecil pada kesepakatan 2015 jika sanksi dicabut. Macron berharap bahwa Trump dan Rouhani tahu kondisi untuk pembicaraan, tetapi terserah mereka untuk bertemu dan saling berbincang.
“Semua bangsa memiliki kewajiban untuk bertindak. Tidak ada pemerintah yang bertanggung jawab yang seharusnya mensubsidi haus darah Iran. Selama perilaku mengancam Iran berlanjut, sanksi tidak akan dicabut, mereka akan diperketat,” kata Trump.
Fox News Channel dilansir dari reuters menayangkan klip wawancara dengan Rouhani di mana ia menjawab pertanyaan tentang komentar "haus darah" Trump.
Amerika Serikat melakukan serangan udara di Suriah, katanya. “Dan hari ini Amerika sayangnya adalah pendukung terorisme di wilayah kami. Dan ke mana pun Amerika pergi, terorisme telah berkembang di belakang mereka,” kata Rouhani.
Dalam wawancara itu, Rouhani juga menegaskan kembali sikap Iran bahwa Amerika Serikat harus mengangkat tekanan ekonomi yang menurutnya mempersulit negaranya untuk membeli bahkan untuk sekedar obat-obatan.
“Ini adalah jenis terorisme, ini tidak manusiawi. Dan jika ada penghentian untuk ini, maka, tentu saja, suasananya akan berubah,” kata Rouhani, menurut terjemahan pernyataannya oleh Fox, mengatakan bahwa jika Washington melakukannya, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan tentang nuklir juga.