Temanggung, Gatra.com - Memasuki bulan Agustus dan September, petani tembakau di Kabupaten Temanggung mulai masa panen. Waktunya menikmati hasil menanam “emas hijau”.
Mobil bak terbuka hilir mudik mengangkut puluhan keranjang bambu berisi rajangan tembakau. Denyut perekenomian terlihat di pasar yang lebih ramai dari biasanya.
Efek panen tembakau tidak hanya dinikmati para petani, tapi juga pedagang dan sektor usaha lainnya. “Rumah makan lebih ramai saat musim panen tembakau seperti saat ini,” kata Robby Setya, pemilik warung makan Setya Rasa di Jalan MT Haryono, Temanggung, Selasa (24/9).
Pada masa panen tembakau, usaha rumah makannya mampu meraup omzet Rp1,5 juta setiap hari. Lumayan besar untuk ukuran rumah makan di pinggiran kota Temanggung.
Salah satu menu andalan rumah makan Setya Rasa adalah nasi goreng mbako (tembakau). “Saya rasa sekarang tidak ada rumah makan lainnya di Temanggug yang menyajikan menu ini,” ujar Robby.
Sebelum Setya Rasa, ada warung makan Temanggung Bersenyum (Tebers) yang kali pertama mengenalkan nasi goreng mbako. Tebers bangkrut, lokasi warungnya kemudian dikontrak Robby untuk membuka rumah makan dengan konsep baru.
Rumah makan Setya Rasa menyajikan makanan laut dan Chinese food. Menu nasi goreng mbako dipertahankan untuk melestarikan keunikannya dan karena sudah memiliki penggemar.
“Saya dapat resep nasi goreng mbako dari salah satu mantan juru masak Tebers yang pernah kerja dengan saya. Dicoba variasikan dengan sentuhan Chinese food yang jadi keahlian saya," ujarnya.
Hasilnya menggoda. Selain kuat rasa rempah dan pedas cabai, nasi goreng mbako menyisakan rasa pahit khas tembakau di pangkal lidah.
Rasa pahit itu kemudian disusul aroma tembakau yang meruap di mulut dan mendesak tinggal lebih lama di rongga hidung. Uniknya setelah suapan kedua dan seterusnya, rasa pahit tak lagi dominan. Yang tinggal hanya paduan aroma tembakau dan rempah.
Bagi anda yang bukan perokok, sensasi mencecap nasi goreng mbako mungkin terasa aneh di awal. Namun secara umum, rasanya masih bisa ditoleransi lidah secara umum.
Menurut Robby, nasi goreng mbako menggunakan biji tembakau sebagai penguat rasa. Biji tembakau yang serupa biji sawi itu di-gongso (disangrai) hingga berwarna kecoklatan.
Biji tembakau kemudian dihaluskan dan dicampur dalam bumbu nasi goreng biasa. Hasilnya tidak hanya menguatkan cita rasa, tapi tekstur warna nasi goreng juga lebih gelap dibandingkan nasi goreng biasa.
Tidak mudah mendapatkan biji tembakau meski di sentra tembakau macam Temanggung sekalipun. Petani biasanya tidak menjual biji tembakau karena dapat digunakan sebagai bibit pada musim tanam tahun berikutnya.
“Sensasi rasanya unik. Dan ini tidak ada di daerah lainnya. Cuma di Temanggung yang sekaligus daerah penghasil tembakau,” kata Robby Satya.