Bogor, Gatra.com - Saat ini Indonesia berada di peringkat 65 dari 113 negara dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dan keamanan pangan.
Demi mendongkrak posisi tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan varietas unggul padi gogo dan singkong. Melalui Pusat Penelitian Bioteknologi, pengembangan ini juga ditujukan sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan, menjawab pula tantangan pasar, dan meningkatkan kesejahteraan petani.
"Riset bioteknologi pertanian di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI terus didorong untuk mengembangkan dan menghasilkan produk riset yang nantinya benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat," sebut Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Puspita Lisdiayanti di Cibinong, Bogor, Selasa (24/9).
Baca Juga: Petani Diminta Olah Lahan Gunakan Mekanisasi dan Teknologi
Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Enung Sri Mulyaningsih menjelaskan bahwa varietas unggul padi gogo yang dikembangkan LIPI saat ini adalah jenis Inpago LIPI Go1, Inpago LIPI Go2, dan Inpago LIPI Go4. Ketiga padi tersebut memang dirancang agar nantinya mampu tahan kekeringan dan adaptif di lahan berkadar alumunium tinggi juga di tanah asam dengan pH, 3,2.
"Keunggulan lain dari varietas unggul ini adalah siap dipanen pada umur 110-113 hari setelah penanaman. Produksi padi varietas Inpago LIPIGo1 mencapai 8,18 ton/ha dan Inpago LIPIGo2 8,15ton/ha," imbuh Enung.
Varietas tersebut dinilai telah berhasil dilakukan uji coba penanaman di Tabalong, Kalimantan Selatan. Diakui, hasil panen varietas tersebut mencapai 5,6 sampai 6,1 ton per hektare. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari varietas padi gogo lainnya seperti lampung gajah, sibuyung, dan maya yang rata-rata hanya mencapai 4 ton per hektare.
Di lahan kritis bekas kebun karet, varietas unggul ini bahkan mampu menghasilkan 4,5 ton gabah kering panen. Meningkat 300 persen dari panen sebelumnya yang hanya 1,5 ton.