Tangerang, Gatra.com - Ketua Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Jakarta, Idris Hemay mengatakan bahwa anak muda milenial bisa terpapar radikalisme melalui media sosial. Mulai dari YouTube, Facebook, dan seterusnya.
"Hasil riset kami menunjukkan bahwa anak muda milenial ini banyak faktor yang dipengaruhi, salah satunya adalah media sosial. Jadi mereka belajar agama itu dari media sosial dengan narasi-narasi yang mengarah ke radikal," ujarnya saat ditemui Gatra.com di Tangerang (23/9).
Studi CSRC Jakarta di 2017, mencakup 14 kota di Indonesia. Mereka ingin melihat apa yang sebenarnya mempengaruhi anak muda milenial terhadap wawasan keagamaannya yang menjadi landasan untuk pengetahuan maupun sikap.
Baca Juga: Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme Ekstrem
"Misalnya, ada satu mahasiswa yang saya temui di Medan, Sumatera Utara. Dia terpapar radikalisme melalui bahan-bahan bacaan di media online, mulai dari hijrah pakaian, hijrah pemahaman, dan hijrah sikap. Sampai siap untuk melakukan aksi-aksi pengeboman," terang Idris.
Ini menunjukkan bahwa media sosial mempengaruhi pola pikir dan sikap anak muda dengan intens. Dalam konteks platform YouTube, ada yang berbentuk ceramah atau pengajian secara daring. Kemudian juga ada diskusi-diskusi yang dilakukan secaradaring.
"Saya kira ini menjadi tantangan karena ini zaman milenial. Jadi bagaimana milenial ini harus selektif memilih informasi yang mengarah kepada ujaran kebencian, radikalisme, apalagi ekstremisme," tambahnya.
Dia berpesan, generasi muda harus memiliki sikap critical thinking dalam upaya menyeleksi narasi-narasi yang berbau unsur ekstremis. Narasi ekstremis memang sengaja dibuat oleh kelompok-kelompok radikal untuk mempengaruhi anak muda supaya mereka bisa masuk.