Palembang, Gatra.com – Udara kota Palembang berstatus berbahaya (tidak sehat) bagi pernapasan akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hendaknya menjadi sinyal tanggap darurat pemerintah menanganinya.
Kepala daerah yang menjadi representatif pemerintah hendaknya melaksanakan komitmennya menanggulanginya dengan tidak meninggalkan wilayah saat kabut asap kian menebal seperti hari ini (23/9).
Kritikan disampaikan oleh kalangan masyarakat sipil (Lembaga Swadaya Masyarakat). Manajer Program dan Jaringan Lingkar Hijau Indonesia, Sumsel, Hadi Jatmiko mengatakan keberangkatan kepala daerah, seperti Gubernur Sumsel, Herman Deru sudah tidak sejalan dengan pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
“Dalam pemberitaan juga ditulis, bahwa yang bersangkutan mengingatkan agar kepala daerah, tidak meninggalkan daerah saat karhutla terjadi saat ini, tetapi yang bersangkutan sendiri juga yang berangkat,” ujarnya, Senin (23/9).
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/446456/ekonomi/pagi-ini-aktivitas-smb-terganggu-paling-parah-akibat-asap
Apalagi sebelumnya, Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri) menegaskan (mengingatkan) kepala daerah terutama wilayah yang terdampak karhutla dilarang untuk berpergian ke luar kota (meninggalkan daerah kerjanya). Penegasan ini memang tidak memiliki peraturan turunannya, namun berdasarkan analoginya, kepala daerah ialah kapten kapal yang memimpin seluruh aktivitas di kapal tersebut,
“Kapten kapal laut ini, dia ialah orang yang paling akhir meninggalkan kapal setelah seluruh penumpang selamat. Analoginya, demikian. Jika kepala daerah bisa pergi, bisa dikatakan kepala daerah tersebut tidak menjalankan tanggung jawab yang diamanatkan, bahwa masyarakat membutuhkan hak udara sehat,” terangnya.
Dikatakannya, udara dan lingkungan yang sehat merupakan hak masyarakat yang harus diberikan sebagai sebagai representatif negara yang hadir. Apalagi pada hari ini, kualitas udara Palembang sudah berkatagori berbahaya. “Sense of crisis di saat asap makin menebal, bukan lagi hanya masker yang diberikan,”ungkapnya seraya memastikan jumlah masyarakat yang menderita penyakit inspeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat kabut asap, akan terus bertambah jika pemerintah tidak memiliki penanganan serius terhadap sumber (titik api) karhutla tahun ini.
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/446403/milenial/udara-berbahaya-karena-asap-sekolah-di-sumsel-dilburkan-
Diketahui, berdasarkan jadwal yang dirilis Pemprov Sumsel, Gubernur Sumsel pada 23 September, Herman Deru bertolak ke Malaysia dalam kegiatan Dunia Malayu Dunia Islam (DMDI). Gubernur Sumsel sebagai Ketua Seketariat DMDI Indonesia melakukan kunjungan ke beberapa tokoh dan rumah indonesia taman mini Malaysia dan Asean Kota Ayer Keroh, Malaka.
Menanggapi hal ini, Wagub Sumsel, Mawardi Yahya malah menyatakan keberangkatan Gubernur Sumsel, Herman Deru hanya memenuhi undangan lembaga yang bersangkutan yakni DMDI. “Bukan ke luar negeri itu, tapi memenuhi undangan,” ujarnya singkat, Senin (23/9) siang.