Jakarta, Gatra.com - Cendekiawan Muslim dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra mengatakan bahwa mahasiswa rentan terhadap radikalisme akibat berbagai faktor.
Menurutnya, bisa saja latar belakang kehidupan keluarga, pendidikan, lingkungan sekitar dan pertemanan, situasi kejiwaan dan sebagainya yang biasa dipilah dengan sebutan faktor penarik (faktor eksternal) dan pendorong (faktor internal).
"Karena kebanyakan pelaku aksi ekstrim dan radikal adalah anak muda, itu antara usia 15 sampai 40-an tahun," ujarnya di sela-sela diskusi bertajuk "Infiltrasi Radikalisme di Kalangan Mahasiswa dan Strategi Pencegahannya" di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (23/9).
Ekstremisme dan radikalisme, kata Azyumardi, nampaknya tidak mengenal negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia, maupun di negara-negara Eropa yang mana kaum muslimin merupakan komunitas minoritas.
"Ekstremisme tumbuh tanpa mempertimbangkan faktor demografis," imbuhnya.
Berbagai studi ilmiah dan akademik, lanjutnya, menyimpulkan kerentanan anak muda itu bersumber dari pribadi dan karakter yang belum mapan, lingkungan keluarga dan komunitas muslim yang tidak selalu kondusif dan suportif.
"Kerentanan anak muda ini kemudian dimanfaatkan kelompok sel radikal dan teroristik. Mereka menjadikan anak muda sebagai target utama rekrutmen untuk melakukan program dan target mereka," terang Azyumardi.