New York, Gatra.com - Menteri lingkungan hidup baru Jepang, Shinjiro Koizumi, berjanji untuk memobilisasi kaum muda untuk mendorong negaranya yang bergantung pada batu bara menuju masa depan yang rendah karbon dengan membuat perang melawan perubahan iklim menjadi lebih “seksi” dan “menyenangkan.”
Hal tersebut disampaikan Koizumi jelang pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mebahas iklim di New York. Dijadwalkan, para aktivis berencana untuk melepaskan balon udara yang memperlihatkan Perdana Menteri Shinzo Abe muncul dari ember batu bara sebagai bentuk protes terhadap rencana Jepang untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
“Dalam politik ada banyak masalah, dan terkadang membosankan. Untuk mengatasi masalah skala besar seperti perubahan iklim, maka harus dibuat dengan menyenangkan dan juga harus keren. Pembahasan tersebut harus menjadi seksi juga," kata Koizumi seperti dilansir Reuters.
"Kami berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat terdekarbonisasi, dan kami siap berkontribusi sebagai negara yang lebih kuat dalam perang melawan perubahan iklim," tambahnya.
Pelajar Jepang di Tokyo termasuk di antara jutaan anak muda, turun ke jalan pada hari Jumat untuk mengekspresikan rasa takut dan kemarahan yang mereka rasakan atas kegagalan pemerintah mengendalikan emisi gas rumah kaca, yang mencapai rekor tertinggi tahun lalu.
Dianggap sebagai bintang yang naik daun di panggung politik Jepang, Koizumi, 38, menjadi anggota parlemen termuda ketiga yang bergabung dengan kabinet Jepang pasca Perang Dunia Kedua ketika Abe mengumumkan perombakan cabinet bulan ini.
Sebagai putra mantan perdana menteri karismatik Junichiro Koizumi, ia secara pasti merangsek sebagai sosok yang dinilai oleh pemilih sebagai anggota parlemen yang paling ingin mereka lihat di jabatan teratas ketika Abe mundur
Meskipun Jepang tidak akan berbicara pada KTT iklim pada hari Senin, Koizumi mengatakan dia berada di New York untuk mempelajari lebih lanjut tentang perundingan tentang emisi gas rumah kaca global dan bertemu dengan siswa Jepang.
"Penting bagi seluruh dunia untuk bersatu untuk mendukung Jepang, serta negara-negara Asia lainnya, untuk bergerak mebinggalkan batu bara," kata Figueres, seorang diplomat Kosta Rika yang sekarang memimpin Mission 2020, sebuah kampanye untuk mempercepat aksi iklim.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada negara peserta bahwa mereka hanya akan muncul ke KTT jika mereka datang dengan rencana yang lebih ambisius untuk mengurangi emisi karbon di bawah kesepakatan Paris, yang memasuki fase implementasi penting tahun depan.
Guterres juga mendesak pemerintah untuk tidak membangun pembangkit listrik batubara baru setelah 2020. Hal ini membuat dirinya berselisih dengan Jepang, yang merupakan satu-satunya negara G7 yang akan menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara. Pemerintah dan bank-bank Jepang juga memainkan peran penting dalam pembiayaan pabrik batubara baru di tempat lain di Asia.
Namun demikian, Koizumi mengatakan dia ingin Jepang berbuat lebih banyak dalam hal iklim, menjalankan peran negaranya dalam menempa Protokol Kyoto, sebuah perjanjian iklim yang disepakati di kota Kyoto di Jepang pada tahun 1997. "Kami belum mengambil tindakan yang kuat dan kepemimpinan yang kuat sejak saat itu, tetapi mulai sekarang, mulai hari ini, kami ingin melakukan lebih," kata Koizumi.