Home Gaya Hidup Berbelanja dengan Bilah Kayu di Pasar Tradisi Lembah Merapi

Berbelanja dengan Bilah Kayu di Pasar Tradisi Lembah Merapi

Magelang, Gatra.com - Pasar saat ini tidak lagi hanya memiliki fungsi belanja serta ekonomi. Namun juga untuk hiburan dan wisata. Ini terjadi seiring bergantinya pasar oleh bermacam situs jual-beli. Bertemunya pedagang dan pembeli secara langsung, tidak lagi menjadi syarat mutlak transaksi.

Identitas pedagang dan pembeli cukup diwakili admin serta akun. Arus uang sebagai alat transaksi mengalir lewat kanal transfer antar rekening. Lokasi pasar mengawang di cloud platform yang posisi servernya tak bertuan pada bumi manapun. Pasar ilang kumandange (pasar kehilangan gaungnya).

Tapi situasi ini justru membuka peluang munculnya pasar-pasar tradisi dengan konsep wisata. Memanfaatkan rasa kangen pengunjung bukan hanya pada makanan tradisional yang mulai sulit ditemukan, tapi juga kembalinya interaksi belanja.

Pasar Tradisi Lembah Merapi memanggil kembali kenangan kita akan suasana pasar tradisional. Dimana pasar menjadi ruang interaksi sosial, berbagi informasi, pengetahuan, dan bertukar budaya.

Relasi sosial itu terjadi bersamaan dalam ruang bakulan. Kedekatan yang akrab antar para penghuni pasar adalah situasi yang lumrah di pasar tradisional. Suasana ini yang hilang dalam konsep mall, supermarket, atau minimarket sekalipun.

Diilhami sejarah kegiatan perekonomian pasar di lereng Merapi, dibukalah Pasar Tradisi Lembah Merapi pada 27 Januari 2019. Pengelola berkomitmen mengembalikan kembali kenangan akan pasar tradisional.

Koordinator Pasar Tradisi, Bayu Sapta Nugraha mengatakan, tidak kurang dari 1.000 pengunjung datang setiap minggu. Saat ini omzetnya mencapai Rp15 juta sampai Rp40 juta.

Pasar yang dikelola BUMDes Nirmala Biru dan Pokdarwis Desa Banyubiru ini buka pukul 06.00 hingga tengah hari. Mereka menggandeng pihak ketiga yang khusus menangani aspek seni dan kreatif pasar.

Salah satu keunikan Pasar Tradisi Lembah Merapi adalah tidak berlakunya mata uang sebagai alat pembayaran. Transaksi wajib menggunakan dhono atau bilah kayu sebagai pengganti uang. Satu dhono setara Rp2 ribu.

Sebelum masuk pasar, para pengunjung diharuskan menukarkan uang dengan dhono di meja pengelola. Ada kesepakatan pedagang sama sekali tidak akan menerima pembelian menggunakan uang.

Alat pembayaran ini juga hanya bisa dibelanjakan di Pasar Tradisi Lembah Merapi. Jika ada sisa, dhono bisa disimpan dan digunakan kembali untuk belanja di minggu berikutnya.

“Saat ini kami mulai menyasar target pengunjung dari luar Kabupaten Magelang. Strategi pemasaran melalui media sosial kami lakukan sangat aktif, konsisten dan continue,” kata Bayu Sapta, Minggu (22/9).

1026