Boyolali, Gatra.com – Kali Pepe menjadi bagian penting dari Desa Tawangsari, Teras, Boyolali. Namun, seperti kebanyakan sungai lain, Kali Pepe juga tak lepas dari masalah kelestariannya terutama karena sampah dan penambangan.
Air yang mengalir deras dan meliuk-liuk beserta debur jeram di antara batu-batu besar, di Jumat (20/9) siang yang terik itu tak menyurutkan antusiasme 11 orang itu mengikuti wisata susur sungai di Kali Pepe yang melintasi Desa Dlingo – Tawangsari, Boyolali.
Duduk di ban karet besar, mereka terapung-apung, lalu hanyut terbawa arus sungai sejauh 1,5 kilometer selama 1,5 jam. Rasakan sensasi terpantul menabrak batu, terjun ke jeram, hingga terjungkal, dan tercebur ke sungai. Jangan lupa berhenti di spot-spot menarik untuk berfoto atau selfie.
Itulah yang ditawarkan paket wisata “River Tubing Wisnu Kencana” Desa Tawangsari. Wisatawan dapat menjajalnya cukup dengan Rp 40 ribu atau Rp45 ribu per orang, termasuk mendapat fasilitas keselamatan dan mencicipi kuliner khas setempat, seperti wedang jahe dan sayur bobor.
Wisata sungai ini berada di kawasan pintu air Ngebrak, Desa Tawangsari, yang berjarak sekitar satu kilometre dari jalan raya Solo-Semarang. Sejak dibuka pada Agustus 2017, wisata ini baru dibuka pada Sabtu dan Minggu, juga hari libur nasional. Di luar hari itu, pengunjung dapat memesan minimal tiga hari hari sebelumnya.
“Karena warga sini sebagai pemandu masih bekerja dan sekolah. River tubing ini memberdayakan ekonomi warga dan pemuda Tawangsari,” ujar Sunaidi, Wakil Ketua Komunitas Peduli Sungai, kelompok pengelola wisata yang kini memiliki 21 pemandu.
Saat ini, menurut Sunaidi, ada 90-120 orang pengunjung per hari tiap river tubing dibuka. Lurah Tawangsari Yayuk Tutiek Supriyanti pun kini bisa tersenyum senang saat salah satu program kerjanya telah terwujud.
Maklum saja, ruas Kali Pepe itu sebelumnya tak bebas dari sampah. Namun, yang paling memprihatinkan, sungai itu juga jadi lokasi penambangan batu, kerikil, dan pasir. “Saya sampai ditegur Dinas ESDM,” ujar Yayuk, menyebut dinas di kabupaten yang berwenang dalam hal sumber daya alam.
Namun Yayuk juga tak bisa seketika menghentikan penambangan pasir. Untuk itu, Yayuk dan pemerintah desa menggagas kegiatan yang bertujuan melestarikan sungai sekaligus memberdayakan masyarakat. Wisata susur sungai dengan ban pun dipilih. “Saya coba tubing yang pertama sampai muntah dua kali,” kenang Yayuk.
Wisata peduli lingkungan ini juga mendapat dukungan dari program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR PT Pertamina Terminal BBM Boyolali. Program ini menyumbang perlengkapan wisata dan keselamatan, seperti ban, helm, dan pelampung, hingga kini berjumlah 150 set.
Sekitar satu kilometer dari lokasi wisata river tubing, masih di Desa Tawangsari, Pertamina juga membuka taman pendidikan atau edupark Camp Bell 2 sejak Oktober 2018. Selain wisata alam, seperti outbond dan bercocok tanam, Camp Bell 2 juga mengenalkan pertanian terpadu yang memproduksi biogas dari kotoran sapi yang diternakkan di situ.
Ada pula tempat pengolahan sampah terpadu Berkah Asri Mandiri. Bukan hanya menerima sampah dari warga, pegiat edupark ini juga rutin menggelar kegiatan bersih-bersih kali dua kali sepekan. Sekali aksi, terkumpul sampah hingga 500 kilogram. “Banyaknya sampah di Kali Pepe sampai banyak yang komplain,” ujar Sri Wahyuni, Bendahara TPST.
Sampah yang terkumpul kemudian dipilah antara organik dan anorganik. Sampah organik, seperti terlihat menggunung di sudut ruang TPST ini, diolah sebagai pupuk kompos. Tiap bulan tak kurang 250 kilogram kompos diproduksi dan dibagikan ke petani sekitar.
Adapun sampah anorganik dibuat jadi sebagai bahan bakar alternatif lewat alat pirolisis dan destilator. Namanya ‘Petik Jami’, akronim dari ‘pengubah plastik jadi minyak’. Dari satu kilo sampah plastik dihasilkan 0,7 liter solar untuk bahan bakar mesin giling kompos. “Selain itu, hasilnya juga ada minyak tanah untuk bahan bakar kompor batik yang dikerjakan teman-teman difabel,” ujar Sri.