Jakarta, Gatra.com - Iran tengah memperingati peristiwa perang yang terjadi pada 1980-1988 dengan Irak. Hassan Rouhani, Presiden Iran, dalam upacara peringatan momen tersebut menegaskan bahwa ia tak akan membiarkan daerah perbatasannya dilanggar. "Iran tidak akan membiarkan siapa pun melanggar perbatasan," kata Hasaan seperti dikutip Reuters, Minggu (22/9).
Ketegangan di Selat Hormuz yang merupakan bagian dari wilayah perbatasan semakin meningkat setelah Iran mengancam untuk menutup Selat Hormuz pasca keputusan pemerintahan Trump yang memberlakukan sanksi terbaru pada ekspor minyak Iran. Penutupan Selat Hormuz dinilai bisa merugikan perdagangan AS dan sekutu-sekutunya di Teluk.
Untuk mengantisipasi ketegangan yang meningkat antara Iran-AS, kapal perang Inggris HMS Kent berlayar ke teluk pada Senin (12/8) untuk bergabung dengan misi yang dipimpin AS untuk melindungi kapal-kapal komersial di kawasan tersebut di tengah meningkatnya ketegangan politik antara Barat dan Iran.
Aksi Inggris dalam mengerahkan kapal perang tersebut memang sudah direncanakan sebelumnya. Akhir Juli lalu, pemerintah Inggris berencana mengirimkan sejumlah pasukan karena perselisihannya dengan Iran.
Selain itu, Inggris juga telah bergabung dengan Amerika Serikat dalam misi keamanan maritim di Teluk untuk melindungi kapal dagang. Langkah tersebut didukung beberapa negara Eropa seperti Denmark, Italia, dan Prancis.
"Kehadiran pasukan asing di Teluk menciptakan ketidakamanan untuk kawasan dan industri minyak," ucap Hassan dalam pidatonya yang disiarkan langsung melalui TV pemerintah.