Purbalingga, Gatra.com – Pemerintah Desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah memprioritaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 2020 untuk penanganan stunting. Salah satunya di wilayah Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga.
Sekretaris Kecamatan Karangmoncol, Sapto Suhardiyo mengatakan, pada tahun 2020 sebagian besar desa telah mengalokasikan APBDes untuk penanganan stunting. Program ini merupakan dukungan pemerintah desa dalam penanganan stunting di Kabupaten Purbalingga.
Sapto mengatakan, Purbalingga merupakan salah satu kabupaten yang mendapatkan prioritas penanganan stunting di Indonesia. Untuk itu butuh dukungan semua pihak, mulai dari Pemprov, Pemkab, hingga Pemdes untuk penanganan kasus balita yang terganggu pertumbuhannya ini.
“Agar penanganan stunting berjalan sukses, pihak kecamatan tahun 2020 memberikan penekanan khusus kepada pemerintahan desa agar memberikan porsi lebih terkait pengangan stunting," ucapnya.
Sapto menjelaskan, alokasi anggaran untuk penanganan stunting tiap desa berbeda. Rentangnya, antara 20-30 persen dari APBdes tahun 2020.
“Selain program yang langsung berkaitan penanganan stunting, desa juga menganggarkan progam pendukung seperti program air bersih, jambanisasi, program RTLH serta program pelatihan bagi ibu-ibu dan pemuda,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Hanung Wikantono mengakui angka stunting di Purbalingga masih tinggi. Pada Tahun 2017-2018, mencapai 26, 4 persen.
Namun jika dibandingkan tahun sebelumnya lanjut Hanung angka tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2013 misalnya, dengan angka stunting di Purbalingga mencapai 36,7 persen.
“Di Tahun 2016 dikisaran 28 persen dan tahun 2017-2018 kita berhenti pada 26,4 persen,” ucapnya.
Dikatakan, tingginya angka stunting di Kabupaten Purbalingga itu masuk dalam kategori kabupaten atau kota di Indonesia yang menjadi program prioritas untuk penanganan stunting.
“Sementara di Provinsi Jawa Tengah, Purbalingga termasuk dalam 12 kabupaten atau kota yang masuk dalam intervensi khusus untuk stunting,” jelasnya.
Kepala Puskesmas Karangmoncol, Sutrisno mengatakan stunting merupakan sebuah kondisi di mana tinggi badan anak jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir, yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun.
“Selain karena kekurangan gizi, juga karena keterbatasan pelayanan kesehatan, kurangnya air bersih dan sanitasi," kata Sutrisno.
Menurutnya, butuh penanganan sedini mungkin yang diharapkan dapat mengurangi kasus stunting.
“Perilaku hidup bersih dan sehat, dengan cuci tangan pakai sabun saat menyuapi dan menyusui anak juga bisa mengurangi resiko terkena stunting," katanya.