Jakarta, Gatra.com - Ketua Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P. (K) menyatakan berdasarkan laporan dari timnya yang berangkat ke Riau, sebagian besar masyarakat setempat menderita iritasi mata, saluran pernafasan, dan ISPA akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla)
"Laporan dari tim yang turun ke lapangan yakni Riau, sebagian besar kasusnya adalah iritasi mata, tenggorokan, asma, dan ISPA. Tetapi kami belum melihat ada peningkatan signifikan berdasarkan data dari Januari hingga September ini," katanya saat ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Jakarta Pusat, Jumat (20/9).
Namun, katanya, ada kemungkinan bertambahnya penderita penyakit tersebut bila tidak ada penanganan serius dan kondisi udara tetap buruk akibat asap karhutla. Sementara untuk di Kalimantan, ia menyatakan timnya bersama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta belum berangkat.
"Untuk datanya, kami belum punya karena itu hanya berdasarkan laporan tim selama melakukan pemeriksaan di Riau. Untuk yang di Kalimantan, tim dari saya bersama dengan Dinkes Provinsi DKI Jakarta belum bisa berangkat karena satu dan lain hal tetapi secepatnya akan menuju ke sana," katanya.
Sementara itu, dari sisi pencegahan, ia menyarankan warga memasang kain basah di setiap jendela atau ventilasi. Karena, katanya, kain basah tersebut dapat mengurangi partikel kotor yang dihasilkan oleh asap karhutla. Tetapi memang yang paling baik adalah pendingin ruangan yang sirkulasinya hanya di dalam ruangan saja.
"Lalu untuk masyarakat, mereka harus segera memeriksakan diri ke dokter apabila sudah ada gejala sesak nafas dan tidak bisa diselesaikan dengan obat yang mereka punya karena bisa saja itu adalah proses awal dari pheunomia. Bila tidak ditindaklanjuti berlanjut pada radang paru dan akhirnya gangguan pernafasan akut akibat oksigen yang masuk hanya sedikit," ujarnya.