Banyumas, Gatra.com - Bermain di arus sungai dengan ban ternyata memunculkan sensasi tersendiri. Apalagi sungai yang dilalui memiliki arus cukup deras dan jeram yang menantang.
Keduanya bisa ditemukan di kawasan destinasi wisata Curug Gomblang, Desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Sejak 2016 lalu, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Lestari Desa Baseh dan Komunitas Wong Apa mengembangkan river tubing di lokasi ini.
Tubing merupakan aktivitas minat khusus dengan menggunakan ban karet atau donat boat. Di hulu Sungai Logawa ini, pengelola memanfaatkan aliran Sungai Kalisalak yang berarus deras yang dipadu dengan dinginnya air pegunungan.
"Bedanya dengan tubing di daerah lain, sungai ini alirannya cukup deras. Benar-benar memacu adrenalin," kata pegiat dan kader konservasi alam nasional, Kusno, Jumat (20/9).
Dia menuturkan, agar petualangan river tubing ini lebih seru, pengunjung bisa datang secara rombongan. Tiketnya pun cukup murah, hanya dengan biaya Rp25 ribu pengunjung sudah bisa menikmati sensasi jeram demi jeram yang menantang serta pemandangan eksotis hutan khas Gunung Slamet.
Biaya itu sudah termasuk sewa ban dalam, pelampung, pengaman, helm dan sebagainya. Dari sebagian uang tersebut, juga disisihkan untuk kas LMDH, biaya pendampingan dan dana konservasi alam sekitar Curug Gomblang.
"Termasuk untuk pembiayaan bibit tanaman hutan yang ditanam oleh mereka jelang kegiatan tubing tersebut. Kami berharap ini bisa menjadi bagian ikhtiar untuk menjaga alam dan berbagai dengan sesama," jelasnya.
Kusno mengatakan, sejak dirintis awal 2016, banyak anggota komunitas pecinta alam, dan berbagai profesi menjajal uji adrenalin di alam lereng Gunung Slamet tersebut. Melalui kegiatan inilah, diharapkan kampanye cinta dan peduli terhadap lingkungan alam semakin efektif dan efisien dilaksanakan.
"Kami berharap dengan kegiatan tubing ini maka para pengunjung diajak untuk berbagi dengan masyarakat dan dengan alam sekitar hutan. Selain menikmati aliran arus Sungai Logawa, mereka diajak untuk bersahabat dengan kejujuran alam," katanya.
Ketua LMDH Wana Lestari, Agus Setiansah, mengatakan ide pengembangan Tubing Logawa ini yaitu memadukan konservasi sumber daya air dan pemberdayaan masyarakat. Melalui sinergi bersama, sebuah langkah nyata pemberdayaan ekonomi ekologipun akan muncul.
Sungai ini dipilih karena terbilang masih alami, indah dan mempunyai beraneka ragam hayati baik flora maupun fauna. Karena itulah, Tubing Logawa Desa Baseh ini tak hanya menawarkan sensasi terseret arus dan terbentur batu di Sungai Logawa, tapi juga menjadi sarana untuk konservasi alam.
"Para pengunjung juga diajak menanam pohon di sekitar lokasi, sehingga flora di wilayah ini semakin kaya dan padat. Tanpa adanya pohon maka konservasi wilayah khususnya air juga sulit terlaksana," katanya.
Adapun menurut Agus, kegiatan tubing Logawa ini biasanya dilaksanakan tiap Sabtu-Minggu. Paket wisata tubing Logawa ini dilaksanakan dengan pendampingan Komunitas Wong Apa yang beranggotakan para pecinta alam, personel SAR dan sebagainya. Jadi standar keamanan wisata tubing ini bisa terjamin.
"Karena memang selain Sabtu-Minggu, para pendamping wisata ini masih beraktivitas mulai dari bekerja, kuliah dan wiraswasta dan sebagainya. Pengunjung biasanya dari kalangan mahasiswa dan penyuka aktivitas petualangan seperti ini," katanya.
Lokasi Tubing Logawa ini terletak sekitar 14 kilometer di utara Kota Purwokerto. Destinasi wisata ini bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau menyewa angkutan umum melalui jalan raya Kedungbanteng, lalu menuju ke Desa Baseh.