Jakarta, Gatra.com - Tim Teknis kasus penyiraman air keras penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan belum memberikan progres penyidikan sejak bertugas pada Agustus 2019 lalu. Tim diberikan waktu oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama tiga bulan untuk menemukan pelaku lapangan atau aktor intelektualnya.
Juru bicara Tim Teknis, Irjen Pol Muhammad Iqbal mengklaim pihaknya terus bekerja tiap detik, tetapi enggan sesumbar dalam menuntaskan kasus tersebut.
"Tim Teknis sedang bekerja ya, keras bekerja itu setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari tim bekerja. Enggak mungkin juga kita sampaikan ke media pekerjaan bocor itu semua," kata Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/9).
Mengenai target waktu penyidikan, Iqbal menuturkan, tim yang dikepalai Kabareskrim Komjen Pol Idham Azis itu optimis bisa memenuhi permintaan Jokowi. Iqbal mengaku, kasus yang diselesaikan itu tidak mudah.
"Ini masalah waktu ya. Sudah banyak peristiwa kejahatan tahunan tidak terungkap, banyak, bukan hanya ini aja. Ini memang faktor teknis di lapangan, minimnya alat bukti, petunjuk dan lainnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Tim Teknis sempat mengadakan rapat untuk mengeksplorasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) saat Penyidik Antirasuah itu diserang, 11 April 2017 lalu.
"Kemarin mengikuti rapat tim teknis yang dikepalai oleh Kabareskrim. Kita sudah mulai mengikuti rapat, karena sudah mulai bekerja awal Agustus. Sudah mengeksplorasi kembali tempat kejadian perkara (TKP). Karena TKP itu adalah hal yang paling penting, berkali-kali harus dieksplor," kata juru bicara Tim Teknis, Irjen Pol Muhammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (7/8).
Selain mengeksplorasi TKP, tim juga mendalami CCTV. Meski sebelumnya pemeriksaan CCTV belum menunjukkan hasil yang signifikan karena gambar kurang jelas, Iqbal optimis timnya tetap bisa mendapatkan hasil baru. Penyebabnya, tim didukung oleh peralatan canggih dari Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis).
"Dari CCTV kita petakan, sketsa wajah yang pernah dieksplorasi ke masyarakat akan kembali dicocokkan, analisa dengan Dukcapil (Kemendagri) dengan orang-orang yang identik atau mendekati (terduga pelaku)," papar Kadiv Humas Polri itu.
Iqbal menjelaskan, kerja sama dengan Direktorat Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri itu untuk mencocokkan sketsa wajah dengan data kependudukan. Menurutnya, pelaku penyerangan bisa saja dari luar Jakarta.
Adapun fokus Tim Teknis bertumpu pada tiga hal, yakni TKP, CCTV dan sketsa wajah terduga pelaku. Bahkan, Iqbal mengaku pihaknya bisa kembali meminta bantuan dari Kepolisian Australia dan Amerika untuk mendapatkan tiga hal tersebut.