Jakarta, Gatra.com - Polri menanggapi temuan konsentrasi polutan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tinggi di beberapa daerah, seperti di Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Sumatera Selatan (Sumsel), yang tembus angka lebih dari 300.
Menurut Polri, tinggnya konsentrasi polutan itu fluktuatif dan bergantung dengan angin di kawasan tersebut.
"Di Kalbar, di Sumsel, di Kalteng fluktuatif, memang terpantau pada layar data yang ada di berbagai titik di kota tersebut. Kadang-kadang [indikator berwarna] merah, tapi kadang-kadang hijau, biru, dan itu sangat bergantung pada angin," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Muhammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/9).
Iqbal sendiri mengaku tak bisa berbicara terkait cuaca dan kondisi beberapa titik yang masih diselimuti karhutla, sebab pihak yang ahli membaca itu adalah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Namun jenderal bintang dua itu meyakini angin berpengaruh untuk memadamkan titik panas.
"Saya enggak begitu profesional dalam bidang BMKG, tapi angin sangat bergantung. Kebakaran tidak ada tapi angin tidak berhembus, berputar di daerah, misal Kota Pontianak, dia akan terlihat asapnya banyak begitu angin ada, hilang. Jadi itu akibat angin," terang Iqbal.
Iqbal meminta seluruh pihak untuk memahami bahwa beberapa daerah terdampak karhutla sudah mulai kondusif. "Jangan meng-cover itu kebakaran di mana-mana. Itu akan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat setempat," katanya.