Jakarta, Gatra.com - Peneliti dari Lembaga Riset Bisnis Industri Pariwisata Sahid, Ismayanti Istanto, mendukung pariwisata berbayar. Pemasukan tersebut dapat digunakan sebagai biaya konservasi tempat wisata di Indonesia.
"Lebih baik memang setiap tempat wisata di Indonesia dikenakan biaya yang agak mahal untuk tiket masuk. Dari pemasukan itu, bisa digunakan untuk konservasi sehingga tempat wisata selalu terjaga keindahannya," kata Ismayanti dalam diskusi di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (20/9).
Menurutnya, bila tempat wisata dikenakan biaya murah ataupun gratis, pengunjung biasanya akan semena-mena, seperti mengotori lingkungan, di antaranya buang sampah sembarangan.
"Bisa kita bandingkan seperti Taman Wisata Ragunan dengan tiket masuk sekitar Rp5.000-10.000 dan biaya masuk Taman Safari di kisaran Rp250.000. Ketika kita berkunjung ke dua tempat tersebut, bisa dilihat perbedaannya mulai dari satwa sampai ke lingkungannya," ungkap Ismayanti.
Namun, katanya, di sinilah masih ada dilema untuk penerapan biaya mahal. Sebab, apabila diberlakukan murah atau gratis, lingkungan kurang terjaga karena pembiayaan yang terbatas
"Tetapi bila mahal, bisa berpotensi datangkan wisatawan lebih banyak namun nanti muncul anggapan bahwa pariwisata Indonesia tidak propada rakyatnya sendiri, sehingga pemerintah harus mencari jalan dan solusi terbaik," katanya.