Semarang, Gatra.com-Obyek wisata baru hadir di Kota Semarang yakni berupa kapal masjid yang mewah berada di lingkungan kampus Politeknik Bumi Akpelni, Jalan Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur Semarang.
Kapal masjid berwarna putih tersebut berukuran 59 meter X 10 meter dengan tinggi sekitar 20 meter berada di atas perbukitan yang berada di ujung sebelas barat kampus tersebut.
Dari atas kapal masjid ini orang dapat melihat pemandangan lanskap Kota Semarang bagian bawah dan atas yang padat dengan bangunan rumah, serta jalan tol Krapayak-Jatingelah yang seperti ular.
Bila berkunjung pada petang hari, akan disuguhi pemadangan yang indah karena penuh dengan gemerlap lampu-lampu aneka warna menghiasi penjuru kota bagus untuk foto selfie.
Bangunan kapal masjid terdiri dari empat lantai. Lantai I-III yang dilengkapi karpet digunakan melaksanakan salat fardu. Di setiap ruangan ada beberapa kran untuk wudlu.
Sedangkan lantai IV diperuntukan untuk ruang navigasi yang dilengkapi kemudi kapal, penunjuk arah, sekoci, tabung, dan pelampung.
Untuk berkunjung ke kapal masjid yang diberi nama H. Soenarto tersebut, cukup mudah bisa ditempuh melalui jalan tol Semarang-Solo ke luar di pintu Jatingaleh sekitar 3 km.
Wakil Rektor III Politekni Bumi Akademi Pelayaran Niata Indonesia (Akpelni) Semarang, Capt. Fakhrurrozi, M.Mar, menyatakan biaya pembangunan kapal masjid senilai Rp10,9 miliar.
“Dana pembangunan kapal masjid berasal alumni Akpelni, Yayasan Wiyata Dharma, dan pribadi H. Soenarto yang menyumbang sekitar Rp 9 miliar,” katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya Kampus Politeknik Bumi Akpelni, Kamis (19/9).
Menurut ia, ide membuat masjid kapal berasal dari Ketua Dewan Pembina Yayasan Wiyata Dharama Soenarto yang juga almuni Akpelni Semarang angkatan V tahun 1969.
Rencana awalnya akan membangun tempat ibadah untuk salat berjamaah bagi ribuan tarunan Akpelni sebagian besar beragaman Islam.
Sebagai penghargaan terhadap Soenarto yang juga pengusaha pelayaran asal Mantingan, Jepara, diabadikan sebagai nama masjid kapal tersebut.
“Masjid kapal dapat menampung 1.000 orang lebih,” ujar Fakhrurrozi.
Sejak diresmikan pada Kamis (12/9), lanjut ia, minat orang untuk datang berkunjung ke masjid kapal cukup banyak.
Namun, untuk sementara waktu belum dibuka untuk masyarakat umum karena masih dilakukan pembenahan agar lebih nyaman dan aman.
“Kami terkejut dengan respon masyarakat yang begitu besar karena tujuan awal untuk tempat ibadah dan mengenalkan navigasi kapal kepada para taruna,” ucapnya.
Setelah dilakukan pembenahan, menurut Fakhrurrozi akan dibuka untuk umum, tapi dibatasi waktu berkunjungnya karena berada di lingkungan kampus.
“Kemungkinan bisa menjadi wisata religi karena tempat ibadah,” katanya.
Petugas satuan pengaman (satpam) Politeknik Bumi Akpelni, Sugeng U, menyatakan pihaknya tidak mengizinkan masyarakat umum yang akan berkunjung ke masjid kapal.
“Banyak pengunjung yang ingin melihat masjid kapal tapi tidak kami izinkan karena pihak pimpinan kampus melarang,” ujar dia.