Home Ekonomi Tingkatkan Efektitivitas Irigasi, Kementan Luncurkan SIMURP

Tingkatkan Efektitivitas Irigasi, Kementan Luncurkan SIMURP

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan proyek Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) untuk mengoptimalisasi dan memodernisais sistem layanan irigasi.

Pendanaan proyek tersebut berasal dari Loan Agreement (Perjanjulian Utang) antara Pemerintah Indoensia dengan Bank Dubia dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengungkapkan, proyek ini bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian melalui peningkatan produktivitas per satuan waktu (indeks pertanaman) dan produktivitas per satuan luas. Iirigasi berpengaruh terhadap lebih dari 40% produksi pertanian.

"Jadi dengan perbaikan infrastruktur irigasi, indeks pertanaman dapat ditingkatkan dari 1 kali menjadi 2 kali. Dari Indeks pertanaman 100% menjadi 200%, bahkan 300%. Luar biasa peningkatannya berlipat-lipat," ungkapnya.

Tekait penyuluhan pertanian, BPPSDMP fokus pada penggumaam teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim. Dedi menjelaskan, kegiatan tersebut adaptif terhadap perubahan iklim. Teknologi tersebut juga dapat mengurangi emisi gas metan yang merupakan gas rumah kaca (GRK).

Dalam teknologi CSA, penggunaan air irigasi dapat dihemat melalui irigasi terputus (intermittent irrigation) yang sawahnya tidak selalu tergenang dan penggenangan sawah secara macak-macak.

"Kalau tanaman tinggi enggak perlu digenangi. Meng-induce [memacu] dekomposisi bahan organik tinggi, pelepasan hara tinggi, asam-asam organaik release [lepas], sehingga produktivitas tanaman meningkat," ujarnya.

Proyek SIMURP dilaksanakan di 13 daerah irigasi dan 2 daerah rawa di 8 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kaimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tebggara Barat serta 16 kabupaten seperti Serdang Bedagai, Deli Serdang, Banyuasin, Indramayu, Cirebon, Karawang, Subang, Purworejo, Purbakingga, Banjarnegara, Jember, Katingan, Bone, Takalar, Pangkajene Kepulauan, dan Lombok Tengah.

Luas yang dicakup dalam proyek ini 276.000 hektare dimulai pada tahun 2029-2024. Proyek.dimulai dengan pelaksanaan Training of Master (ToM) bagi para petugas yang berasal dari dosen Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), widyaiswaea, penyuluh pertanian provinsi, dan penyuluh pertanian pusat.

"Rehabilitasi [irigasi] sudah. Sekarang yang sedang dilakukan adalah aktivitas CSA-nya mulai dari sosialsasi, dilanjutkan dengan ToT (Training of Trainer), kemudian ToF (Training of Farmer)," ungkapnya.

709