Jakarta, Gatra.com - Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ujang Solihin mengatakan bahwa sampah memiliki nilai untuk dijadikan komoditas industri.
"Sampah itu ada beberapa jenis. Misalnya plastik. Ada jenis plastik yang bisa didaur ulang lagi menjadi bahan baku plastik untuk membuat produk lain. Ini, kan, punya nilai, terutama nilai ekonomis," ujarnya di diskusi ekonomi sirkular Indonesia-Jerman di Jakarta, Kamis (19/9).
Ia melanjutkan, bahwa industri limbah dan sampah memang berkembang pesat belakangan di Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari nilai ekonomis dari limbah atau sampah yang diproses dari hulu ke hilir.
Sudah mulai ada kesadaran bagi para pelaku usaha serta pemangku kepentingan mengenai skema ekonomi sirkular. Untuk itu, lanjut Ujang, perlu ada kerjasama yang terjalin antar pelaku usaha maupun stakeholder itu sendiri.
Terkait pemulung, kata Ujang, yang merupakan bagian terpenting proses pemilahan sampah, adalah sektor informal yang tidak bisa dihindari para pelaku usaha. "Itu sudah tumbuh 30 tahun lebih di Indonesia. Pemerintah tidak bisa menolak itu. Mau tidak mau harus melibatkan mereka dalam konteks kegiatan daur ulang," ucap dia.
Meski begitu, ia mengakui bahwa kualitas hidup dan keterjaminan pemulung masih menjadi persoalan. Untuk saat ini, kata Ujang, pemulung berada di lingkaran asosiasi yang berwenang mengurus, untuk membantu dan memperbaiki kualitas hidup para pemulung.
"Sementara ada asosiasinya. Asosiasi tersebut yang memberikan jaminan kesehatan kepada para pemulung. Saya kira itu langkah yang bagus. Pemerintah sulit intervensi karena mereka cenderung resisten," pungkasnya.