Dubai, Gatra.com – Amerika Serikat melakukan diskusi dengan Arab Saudi untuk merespon serangan terhadap fasilitas minyak Saudi. Dalam peristiwa tersebut, Iran dituduh melakukan penyerangan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sebagai tindakan perang terhadap kerajaan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan alasan untuk berperang dengan Iran. Selain itu, Trump juga memerintahkan agar memberikan sanksi terhadap Teheran.
"Ini adalah serangan skala yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Saudi adalah bangsa yang diserang. Itu di tanah mereka. Itu adalah tindakan perang melawan mereka secara langsung," kata Pompeo, seperti dikutip Reuters.
Tampak sisa dari serangan tersebut menampilkan sisa-sisa 25 pesawat tanpa awak Iran dan rudal yang diduga digunakan dalam serangan itu. Hal tersebut, menjadi bukti yang tidak dapat disangkal agresi Iran.
Uni Emirat Arab (UEA) sejalan dengan sekutunya, Arab Saudi, dan mengumumkan pihaknya bergabung dengan koalisi keamanan maritim global yang sedang dibangun oleh Washington. Koalisi tersebut dibentuk, sejak serangkaian ledakan di kapal tanker minyak di perairan Teluk dalam beberapa bulan terakhir, yang juga dalam peristiwa itu menuduh Teheran sebagai pelakunya.
Houthi yang sejalan dengan Iran, memerangi koalisi militer yang dipimpin Saudi. Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap dua pabrik minyak Saudi, termasuk fasilitas pemrosesan terbesar di dunia. Namun, para pejabat AS dan Saudi menolak klaim tersebut, dan mengatakan serangan itu tidak datang dari Selatan.
Houthi mengatakan mereka menargetkan puluhan situs di UEA, pusat keuangan dan pariwisata Timur Tengah, sebagai target mereka. Ancaman tersebut menyebabkan situasi tekanan politik yang semakin tegang di wilayah tersebut.
Akibat serangan fasilitas minyak Saudi tersebut, Kuwait membuat sektor minyaknya dalam siaga tinggi dan meningkatkan keamanan ke tingkat tertinggi sebagai tindakan pencegahan.
Sementara itu, Pompeo diketahui menuju ke UEA untuk melakukan pembicaraan dengan putra mahkota Abu Dhabi. "Serangan subversif ini bertujuan untuk mengacaukan keamanan kawasan dan merusak pasokan energi dan ekonomi global," ujar Pangeran Mohammed.