Jakarta, Gatra.com - Kepala Divisi Pengadaan Pangan Lain Badan Urusan Logistik (Bulog), Yayat Hidayat Fatahillah, mengatakan, pihaknya telah membangun gudang khusus untuk menyerap kedelai petani yang memasuki musim panen.
"Sebagai langkah memasuki panen kedelai di beberapa wilayah di Indonesia, Bulo siap menyerap kedelai petani, terutama di sekitar daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Yayat dalam keterangan tertulis, Kamis (19/9).
Yayat menyampaikan keterangan tersebut pada Rakor Percepatan Pelaksanaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi (Akabi ) Tahun 2019 dan Persiapan Tahun 2020 di Bogor, Jawa Barat (Jabar), Selasa kemarin.
Menurutnya, pembangunan gudang khusus ini menjadikan Bulog siap menyerap kedelai petani sehingga harga tidak jatuh saat panen, atau menguntungkan petani.
Yayat menjelaskan, Bulog telah membangun gudang khusus untuk kedelai yang lokasinya ada di Banyumas dan Sidoarjo dengan kapasitas masing-masing 3.500 ton. Gudang tersebut tidak hanya bangunan biasa, namun sudah dilengkapi dengan Dehumitifier dan Pneumatic Conveyor.
"Jadi alat tersebut gunanya untuk mengatur kelembapan dan untuk mempecepat pembongkaran. Kami manfaatkan teknologi ini agar kedelai yang di gudang tidak cepat rusak," katanya.
Yayat menambahkan, rencana selanjutnya Bulog akan membuat gudang kedelai di lokasi sentra lain di daerah Grobogan, Jawa Tengah. Pasalnya, Grobogan merupakan sentra kedelai, sehingga akan dibangun gudang.
"Kami akan buat satu lagi di sana [Grobogan]. Kapasitasnya samalah seperti yang di Banyumas dan Sidoarjo sekitar 3.500 ton,” ujarnya.
Untuk menunjukkan keseriusan Bulog, Yayat menyampaikan, Direktur Pengadaan Bulog telah menerbitkan surat tugas kepada Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk segera berpartisipasi dalam penyerapan hasil panen kedelai di tingkat petani. Dengan begitu, Bulog siap membantu petani agar kedelainya bisa terserap.
"Pada dasarnya Bulog akan terus mendukung kegiatan Kementrian Pertanian, karena sudah merupakan kewajiban pemerintah dalam pelayanan publik, dalam hal kedaulatan pangan,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Akabi Kementan, Amiruddin Pohan, sangat berharap banyak kepada Bulog untuk dapat mewujudkan program tersebut. Sebab, selama ini banyak mendengar keluhan petani kedelai lokal yang kesulitan untuk mencari pasar dengan harga yang layak.
"Jadi dengan adanya peran nyata Bulog ini, saya yakin petani di Jatim dan Jateng kembali bersemangat membudidayakan kedelai lokal," katanya.
Amiruddin menyebutkan, adapun luas panen kedelai tahun 2018 sekitar 680 ribu hektare dengan produksi 982 ribu ton. Angka ini naik hampir seratus persen dibandingkan tahun 2017 lalu. Luas panen kedelai 2017 tercatat 356 ribu hektare dengan produksi 538 ribu ton.
“Artinya, petani mulai bergairah lagi mengembangkan kedelai. Apalagi target Kementan tahun 2019 menanam di lahan seluas 1 juta hektare. Kami beri bantuan saprodinya, tanamnya bisa di monkultur maupun di tumpangsari dengan padi dan jagung,” ungkapnya.
Sedangkan dari sisi harga, lanjut Amiruddin, saat ini rata-rata petani menjual kedelai Rp6.700 per kg. Sementara itu, sentra kedelai selama ini ada di Grobogan, Banyuwangi, Indramayu, Bima, dan Bone.
“Saya ingin kedelai tidak hanya didominasi di sentra-sentra tersebut, tapi juga merambah perluasan lahan ke wilayah lain di Indonesia," ucapnya.
"Dengan adanya komitmen Bulog ini, mudah-mudahan bisa menjamin pasokan kedelai lokal dan kepastian harga petani kedelai,” kata Amiruddin.