Pekanbaru, Gatra.com-- Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengungguli Bambang Soesatyo di Riau. Namun, peta politik itu bisa berubah seiring digelarnya musyawarah nasional (munas) Partai Golkar. Manuver sejumlah pimpinan DPD II Partai Golkar Riau, dukungan untuk Bambang Soesatyo hanya empat suara (4 DPD II). Sisanya, 8 DPD memilih Airlangga Hartarto. Adapun empat DPD II yang melirik Bambang Soesatyo, yaitu DPD Golkar Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, Meranti, dan Kota Dumai.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Riau, Tito Handoko, kendati saat ini dukungan terhadap Ketua Umum Partai Golkar Airlangga lebih banyak, hal tersebut dapat berubah sering lobi-lobi yang dilakukan pesaingnya. "Tergantung bagaimana hasil lobi yang dilakukan pesaing. Masih ada beberapa waktu jelang munas bergulir Desember mendatang. Tapi perlu diingat yang kena lobi itu bukan hanya pendukung Airlangga. Pendukung Bambang juga bisa berkurang karena di lobi tim pemenangan Pak Airlangga," sebutnya kepada Gatra.com, Rabu (18/9).
Partai Golkar Riau sendiri sempat menuai sorotan beberapa bulan lalu. Hal itu dilatari pertemuan yang dilakukan 4 DPD II Partai Golkar Riau tersebut dengan Bambang Soesatyo. Pertemuan itu kemudian dimaknai mengalirnya dukungan kepada Ketua DPR RI itu. Disisi lain Ketua DPD I Partai Golkar Riau juga sudah menyatakan bakal mendukung Airlangga Hartato dalam munas.
Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Riau, Masnur, mengungkapkan perbedaan dukungan merupakan hal yang biasa bagi partai terbuka seperti Partai Golkar. Hanya saja dia berharap dalam kader Partai Golkar tak melupakan etika berpolitik. "Golkar ini kan milik bersama dan merupakan partai terbuka, jadi perbedaan dukungan di ajang seperti munas tak bisa dihindari. Namun dalam mencari dukungan dan menunjukan dukungan baiknya tak melupakan etika, " tekanya.
Pada munas Golkar meski DPD I mengirim 7 pengurus ke munas. Jumlah suara yang dimiliki tetap satu. Pun begitu dengan DPD II Partai Golkar, kendati mengirim 2 utusan dalam ajang munas, suara yang dimiliki cuma satu.
Reporter: Febri Kurnia