Banyumas, Gatra.com - Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, merupakan sentra gula merah terbesar di Indonesia. Salah satu desa penghasil gula kelapa di Banyumas adalah Desa Cilongok. Kampung ini terkenal dengan produksi gula arennya.
Sayangnya, ada potensi gelar ini bisa jadi tinggal dongeng. Sebab, penyadap nira kelapa di kampung ini tinggal sedikit. Itu pun usianya mereka sudah tua.
“Dulu memang terkenal dengan produksi gulanya karena dulu banyak penderes tapi beberapa tahun ini agak berkurang. Pohonnya juga sudah tua,” kata Sekretaris Desa Cilongok, Puji Rahayu Tri Setyaningsih kepada Gatra.com, Rabu (18/9).
Baca Juga: Resmi, Pembangunan Pabrik Gula Merah Komunal di Cilongok
Mengacu pada data desa, kini jumlah penderes di Cilongok sekitar 100 orang. Kebanyakan mereka juga adalah perajin gula kelapa. Kata Puji, Kecamatan Cilongok memang menonjolkan gula merah sebagai produk unggulan gabungan desa. Khusus untuk Desa Cilongok, produktivitasnya termasuk yang merosot.
“Justru Desa Cilongok ini agak berkurang dibanding desa-desa lain, tinggal 40-50% saja,” papar Puji.
Regenerasi penderes mandek karena pekerjaan ini tidak diminati kaum muda. Puji menyebut tingginya angka kecelakaan kerja menjadi salah satu pemicu.
“Faktor jatuh dari pohon kelapa juga sering. Jadi, untuk menumbuhkan minat kaum muda untuk nderes itu agak susah. Dalam setahun ada 2-3 kasus kecelakaan, ada yang meninggal,” ungkapnya.
Mei lalu, Puji mengatakan Yayasan Damandiri datang membawa solusi melalui program Pengusaha Bapak Asuh Desa. Pihak yayasan mendirikan pabrik pembuatan gula merah dan tepung tapioka. Ada juga hibah bibit kelapa varietas unggul.
“Disalurkan oleh kepala dusun. Yang dikasih adalah ada penderes, perajin gula, ada juga pemilik lahan,” katanya.
Baca Juga: Yayasan Damandiri Bagikan 3000 Bibit ke Penderes di Cilongok
Targetnya, Damandiri ingin meningkatkan produktivitas gula merah dan kesejahteraan penderes dan perajin gula di desa tersebut.
“Kami membantu membuatkan pabrik gula merah dan membagikan bibit kelapa kepada masyarakat Cilongok,” kata Dewan Pembina Yayasan Damandiri, Mohamad Hasan.
Ia menuturkan pihak Damandiri juga membuatkan koperasi. Tugas koperasi adalah mengelola pabrik serta memangkas rantai pasokan agar penderes punya selisih keuntungan lebih besar dibanding menjualnya kepada pengepul.
“Penghasilannya bisa bertambah dan meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Damandiri menghibahkan 3000 bibit kelapa varietas unggul kepada para penderes nira. Jenis yang disebar adalah varietas kelapa pandan wangi, bido dan genjah. Ketiganya merupakan jenis kelapa yang memiliki postur pendek dan genjah (lekas berbuah).
Meskipun cebol, ketiganya merupakan jenis kelapa dengan produktivitas buah melimpah. Keunggulan lain, postur kuntet bisa mengurangi risiko kecelakaan jatuh dari ketinggian.
“Kita kasih bibit yang tingginya cuma satu meter sudah bisa berbuah. Jadi, enggak perlu naik pohon kelapa yang tinggi lagi untuk mengambil niranya,” katanya.