Jakarta, Gatra.com - Dibandingkan media konvensional seperti televisi, cetak, dan radio, media digital lebih sering dikonsumsi masyarakat karena kemudahan aksesnya. Namun, siapa sangka kalau ternyata porsi iklan digital hanya mengambil 6% dari total belanja iklan.
Nielsen mencatat, nilai belanja iklan selama 12 bulan dalam kuartal tiga 2018 hingga kuartal dua 2019. Dengan perhitungan yang dibulatkan, iklan digital hanya mengambil porsi 6% dengan nilai rupiah sekitar Rp9,3 triliun. Nilai tersebut lebih besar dari porsi iklan radio yang hanya mengambil 1% atau sekitar Rp1,7 triliun.
Iklan media televisi mengambil porsi paling besar, yaitu 79% dengan nilai Rp130 triliun. Sedangkan iklan media cetak justru lebih besar dari iklan di media digital dengan porsi 15% senilai Rp24,3 triliun.
"Secara garis besar, ada Rp165 triliun gross, uang yang beredar di industri media," kata Direktur Eksekutif Nielsen Media untuk Indonesia, Hellen Katherina, di Kantor Nielsen, Jakarta, Rabu (18/9).
Menurut Hellen, hasil studi Nielsen telah menunjukan bahwa iklan digital paling banyak ditemui dalam bentuk display. Iklan display ditemukan sebanyak 52% dan sisanya atau sekitar 48% adalah iklan video.
Kategori produk yang paling banyak beriklan di media digital adalah layanan daring (online), kemudian disusul oleh perangkat dan layanan komunikasi. Sementara pengiklan terbesar ketiga dan keempat adalah iklan dengan kategori kendaraan pribadi dan produk perawatan rambut.
"Porsi iklan media digital ternyata tidak memberikan impact pada media lainnya, karena pengguna bisa menikmati media digital sambil mengonsumsi media lainnya. Misalnya, sambil nonton tv kan bisa juga sambil pegang gadget," ujar Hellen.