Jakarta, Gatra.com - Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan (Korsel), Umar Hadi, mengatakan, komposisi harga komoditas ekspor Indonesia sebagiannya masih tergantung pada harga batu bara. Oleh karenanya, fluktuasi harga batu bara sangat berpengaruh pada angka perdagangan.
"Karena kalau dilihat dari sebelumnya, misalnya ketika harga batu bara itu sangat tinggi, lebih dari US$100 per meter kubik, angka perdagangan Indonesia-Korea sangat besar di masa lalu," katanya di Energy Building, Jakarta, Rabu (18/9).
Maka, lanjut Hadi, ekspor Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada volume beberapa komoditas saja. Melainkan, harus memperbanyak jenis komoditas yang diekspor agar pengaruh fluktuasi batu bara tidak terjadi lagi.
"Komoditas ekspor yang sangat potensial dari Indonesia ke Korea itu produk-produk kayu. Khususnya plywood, masih besar sekali itu potensinya," ucap dia.
Selain itu, ia juga menyebutkan beberapa komoditas ekspor lainnya yang harus ditingkatkan seperti makanan dan minuman olahan, komponen listrik, dan suku cadang otomotif.
"Tapi untuk produk-produk ini kan supaya kita bisa produksi dengan bagus dan juga cukup banyak, kita perlu ada investasi baru. Apakah investasi dalam negeri atau investasi asing," katanya.
Hadi menambahkan, sistem paling ideal dalam kerja sama Indonesia-Korea berupa joint venture. Dengan adanya penggabungan perusahaan Indonesia dan perusahaan Korea, hasil produksi bisa dijual di kedua negara atau di negara lain.
"Jadi pengolahan hasil-hasil hutan baik kayu maupun nonkayu ini besar sekali. Tapi, yah akan perlu investasi yang cukup banyak," ujarnya.