Tangerang Selatan, Gatra.com - Ketua Dewan Pembina Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Tri Hardiyanto, mengaku optimis bahwa dagung ayam peternak Indonesia mampu bersaing dengan daging impor apabila memasuki Indonesia.
"Apapun untuk pasar tradisional ternyata [konsumen] lebih suka ayam fresh [segar]. Kalau modern bisa beku. Masalah beku dan segar ini keunggulan kita," kata Tri dalam konferensi pers International Livestock and Dairy Expo (ILDEX) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Rabu (18/9).
Tri menjamin semua daging ayam yang beredar di Indonesia halal karena ada regulasi yang mewajibkannya. "Dari luar negeri belum tentu halal semua. Bisa sebagian halal atau tidak," ujarnya.
Selain itu, konsumen Indonesia lebih menyukai karkas daging ayam yang berukuran kecil. Menurutnya, daging ayam impor memiliki ukuran yang lebih besar.
"Semakin tinggi kemampuan ekonominya, semakin mau konsumen makan ayam kecil atau daging tok [hanya daging]. Itu kelebihan kita," ujarnya.
Namun, Tri mengeluhkan harga jagung sebagai bahan baku pakan terlalu tinggi. Ia membandingkan harga jagung domestik saat ini berkisar Rp4.000-4.500 per kilogram, sedangkan harga jagung di pasar internasional mencapai Rp3.100-3.200 per kilogram apabila sampai di Indonesia.
"Harga jagung perlu dicarikan jalan tengah. Petani sejahtera dan peternak mendapat harga yang tidak terlalu jauh dengan pasar internasional," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indrasari Wisnu Wardhana, mengatakan, izin impor daging ayam diberikan berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Pertanian (Kementan)
"Belum ada izin impor untuk ayam dari Brasil. Belum ada yang meminta. Kan kalau impor tergantung demand [permintaan] dan suplai," katanya pada Senin (16/8).