Home Ekonomi Kebun Sawit Membara, Bara Eka Prima Rugi Rp5 Miliar

Kebun Sawit Membara, Bara Eka Prima Rugi Rp5 Miliar

Muaro Jambi, Gatra.com - Peristiwa kebakaran lahan yang terjadi di areal kebun milik PT Bara Eka Prima kini tengah diusut Polres Muaro Jambi. Menejemen PT BEP telah dipanggil kepolisian untuk mendalami peristiwa Karhutla yang terjadi di areal HGU perusahaan tersebut.

 

"Ya, sudah dipanggil. Menejer kita yang hadir memenuhi panggilan itu," kata Direktur Keuangan, PT Bara Eka Prima, Jackson Yap Sue, saat dikonfirmasi, Rabu (18/9).

 

Jackson Yap Sue mengatakan, pemanggilan ini terkait peristiwa kebakaran lahan yang terjadi di areal kebun PT BEP pada 7 September 2019. Lahan PT BEP yang terbakar seluas 30 hektar. Areal lahan yang terbakar itu telah berisi tanaman sawit dengan usia produktif.

"Ini sebenarnya tindakan sabotase, kita sangat dirugikan atas kejadian ini. Taksiran kerugian yang kita alami kurang lebih Rp5 Miliar," ujar Jackson.

Jackson menjelaskan, peristiwa kebakaran yang terjadi di lahan PT BEP pada 7 September 2019 berlangsung sebanyak dua kali. Kejadian pertama terjadi pada pagi hari dan berhasil dipadamkan karena apinya tidak terlalu besar.

Tidak lama setelah kejadian itu, pada siang hari terjadi lagi kebakaran di lahan PT BEP. Kebakaran yang terjadi pada siang hari ini berlangsung begitu cepat. Api ditemukan telah membesar dan sangat susah dipadamkan. "Api sebesar itu pasti sengaja dibakar. Dan pelaku kita duga menggunakan alat bantu berupa minyak," katanya.

Jackson menjelaskan bahwa kebakaran yang terjadi di lahan kebun sawit PT BEP kuat dugaan karena unsur sabotase. Soalnya, sebelum kebakaran terjadi, Karyawan perusahaan sempat melihat dua orang pengendara sepeda motor masuk ke areal kebun perusahaan dengan gerak gerik mencurigakan. Wajah pengendara sepeda motor itu tertutup dengan menggunakan masker.

"Ini pasti sabotase. Tidak mungkin kami membakar sendiri lahan kami yang sudah berisi tanaman sawit. Gila namanya kalau kami membakar sendiri. Bayangkan, sekarang ini kami merugi Rp5 Milliar," ujarnya.

Jackson menjelaskan bahwa PT BEP sangat concern (perhatian) terhadap permasalahan karhutla. Semua program karhutla direspon PT BEP dengan memberikan bantuan. Termasuk mewujudkan pembangunan jembatan guna membantu akses jalan untuk penanganan karhutla.

"Saya sendiri aktif dalam forum dan rapat karhutla. Bahkan, saya yang mengkoordinir perusahaan di Muaro Jambi untuk pengadaan drone yang diajukan pihak pemerintah," ujarnya.

Demikian juga terhadap pemadaman kebakaran lahan yang terjadi di Muaro Jambi. PT BEP selalu ikut serta memadamkan api. Baik itu yang terjadi di lahan masyarakat maupun di lahan perusahaan. "Saat kita sibuk membantu pemadaman, malah lahan kita yang dibakar," kata Jackson.

Jackson sendiri tidak mau berspekulasi tentang pelaku pembakaran lahan milik PT BEP yang berlokasi di Desa Puding, Kumpeh Ilir. Namun, beliau menjelaskan bahwa antara warga Desa Puding dan Desa Pulau Mentaro, saat ini sedang terjadi persoalan konflik lahan.

Masalah, konflik lahan ini sudah berulang kali dilaporkan kepada bupati. Akan tetapi, karena adanya kesibukan karhutla, permasalahan ini belum sempat dibahas di Kabupaten. "Dua desa ini sekarang lagi sengketa, warga puding yang nguasai semula lahan di sana. Bahkan, karena konflik lahan ini sempat terjadi perkelahian," ujarnya

Jackson berharap konflik lahan ini bisa dibahas dan segera diselesaikan. Sebab, jika konflik ini tetap berlanjut, dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lahan PT BEP yang ada di Desa Puding pun akan ikut terdampak konflik tersebut. "Makanya saya sudah melaporkan hal ini ke bupati. Soalnya, konflik itu berpotensi mengancam lahan kita yang ada di sana," katanya.

Lahan yang terbakar di Desa Puding bukan hanya milik PT BEP saja. Lahan kebun milik PT. Sawit Mas Plantation (SMP) yang bersebelahan dengan PT BEP ikut terbakar. " Lahan PT SMP ikut terbakar, tapi lahannya itu kosong," kata Jackson.

1585