Program studi D-IV animasi Politeknik Negeri Batam mendukung pengembangan politeknik ke arah digital ekonomi melalui film animasi. Ditopang keberadaan studio kelas Asia.
Siapa tak kenal dengan pabrik maha-animasi Disney atau Marvel Studio? Denta Masidakarya Safira, 19 tahun, bermimpi suatu hari dapat bekerja dan berkarya di sana. Setidaknya, ia mulai meniti mimpinya dengan menambung prestasi.
Sebagai mahasiswa semester pertama di Program Studi (Prodi) Diploma 4 Animasi di Politeknik Negeri Batam (PNB), Denta berhasil menyabet juara I lomba animasi se-Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dia menang lewat karya animasi pendek yang mengusung tema persoalan keseharian masyarakat. “Sayangnya, lomba [tingkat] nasional ditiadakan, makanya mentok sampai di situ saja,” kata Denta kepada GATRA di kampus PNB, Kamis siang pekan lalu.
Sejak awal, Denta memang sudah kepincut dengan dunia animasi. Tapi dia tak menyangka jika akan kuliah di PNB. Soalnya, dia sudah ancang-ancang untuk kuliah di luar Batam. Apa daya, ternyata jurusan animasi diploma 1 yang dituju sudah tutup. Tak disangka, PNB Batam justru menyediakan jurusan yang diharapkannya.
Denta malah semakin semangat. Hal ini lantaran di PNB, alih-alih belajar di kelas, dia juga bisa menyalurkan langsung hobinya itu di studio animasi berkelas Asia. Sejak awal berdiri pada 2017, Prodi Animasi PNB memang sudah menjalin kerja sama dengan studio kelas Asia: Infinite Framework Studios, Nongsa Digital Park, dan Zettamind Studios. “Saya semakin percaya diri, lantaran kami bisa magang di studio itu. Dan bagi saya, animasi adalah hobi, saya senang ilmu yang berafiliasi dengan gambar bergerak. Dunia animasi tanpa batas, apalagi teknologi saat ini terus berkembang,” katanya.
Infinite adalah studio yang dikenal sudah memproduksi animasi di sederet film-film kelas dunia. Studio itu telah berhasil mengerjakan film animasi yang tayang di berbagai saluran televisi berbayar. Studio Infinite juga menjadi tempat shooting beberapa film ternama. Menristekdikti, Mohamad Nasir, sempat mengatakan Batam dipersiapkan untuk menjadi “Silicon Valley”-nya Indonesia. “Batam merupakan kota yang sangat strategis. Nanti, Nongsa akan dijadikan sebagai kawasan yang penuh inovasi seperti Silicon Valley di Amerika Serikat,” ujar Nasir usai kunjungan di Politeknik Negeri Batam, tahun lalu.
Semula, pelajaran animasi di PNB ada di dalam program studi multimedia jaringan. Angkatan pertama di jurusan ini muncul pada 2015. Namun pada tahun itu juga, PNB sudah mulai menjaring masukan-masukan dari pejabat dan dosen di PNB, alumni, dan juga mahasiswa untuk membuat prodi animasi sendiri. “Akhirnya pada 2017 kita ajukan prodi ini, dan diizinkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk dibuka,” kata Eva Martha, Kepala Prodi D3 Multimedia, kepada GATRA.
Kepala Prodi D4 Animasi PNB, Selly Artaty Zega, bercerita angkatan pertama D4 Animasi mulai dibuka pada 2018. Ada 60 mahasiswa yang berminat dengan prodi ini saat itu, termasuk Denta. Sesuai dengan syarat, jumlah dosen animasi minimal enam orang, tapi Prodi Animasi PNB sudah punya delapan orang. Meski sudah punya delapan dosen, kata Selly, jumlah itu masih tetap kurang lantaran saat itu Prodi Animasi masih tetap digabungkan dengan Multimedia. “Masih dibutuhkan untuk game, video, dan yang lain,” kata Eva.
Secara keseluruhan, di Prodi D4 Animasi ada sembilan mata kuliah. Di antaranya adalah 3D lighting, 3D project animasi, animasi to be, desain karakter, 3D modelling, dan problem-based learning (PBL). “Yang terakhir ini biasanya project bersama,” Selly merinci. Dan, katanya, yang membuat prodi ini menjadi beda dari lainnya adalah di sini mahasiswa terus-terusan dicekoki dengan cara pembuatan animasi, dari tahap development, praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Mahasiswa juga dibiasakan untuk melakukan presentasi.
Biar tidak “garing” karena melulu belajar di kampus, mahasiswa animasi PNB juga diterjunkan langsung ke suasana rumah produksi yang sebenarnya. Mereka diminta untuk ikut berkreasi di Infinite Studios dan Nongsa Digital Park. Dengan cara seperti ini, mahasiswa tidak jenuh dan kemudian bisa menjadi jauh lebih kreatif untuk berekspresi menciptakan karakter animasi. “Dengan begitu, mahasiswa bisa lebih cepat memahami secara menyeluruh sebelum benar-benar masuk ke dunia industri animasi yang sebenarnya,” ujar Selly.
Selly mengakui jika keberadaan Infinite dan Nongsa Digital Park menjadi keuntungan tersendiri bagi mahasiswa PNB. Lewat dua studio tadi, proses pertukaran informasi dan tenaga pengajar menjadi lebih mudah dan menguntungkan. Letak geografis PNB yang berada di tengah industri global dan pusat industri semacam Singapura juga membikin Prodi Animasi ini menjadi semakin strategis. Lantaran jarak yang sangat dekat, training mahasiswa Animasi PNB jadi sering dilakukan. Dan mahasiswa yang ikut pelatihan tidak harus mengeluarkan biaya yang besar.
Sebelum Prodi Animasi ada, mahasiswa multimedia jaringan PNB sudah banyak yang menyambi kerja di Infinite pada pertengahan masa kuliah mereka. Setelah lulus kuliah, mereka terbang ke Malaysia dan Jepang. Langkah ini diikuti juga oleh Prodi Animasi. Mereka ingin mahasiswanya bisa meniti karier di perusahaan kelas dunia. Hal itu bukan tidak mungkin tercapai, sebab kerja sama yang sudah dibangun selama ini dengan Infinite memang bersifat mutual. Infinite lebih mudah mendapatkan SDM dari PNB, begitu juga sebaliknya. “Malah Infinite menyiapkan supervisor untuk melakukan supervisi pada mahasiswa,” ujar Selly.
Rata-rata mahasiswa yang ada di D4 Animasi adalah mereka yang sebelumnya memang punya hobi dan tertarik pada dunia animasi. “Berawal dari hobi kemudian dikembangkan menjadi profesi, ini akan bisa menghasilkan kreasi animasi yang lebih. Sebab, itu tadi, ilmu dipadu dengan seni dan bakat diri,” ujarnya.
Meski baru di angkatan pertama, Selly punya angan-angan besar soal Prodi D4 Animasi PNB ini. “Kami benar-benar ingin menghadirkan skill yang andal untuk menghasilkan animator kelas dunia. Dan kami sangat yakin itu, sebab kami ditopang oleh kondisi dan letak yang strategis,” ujar Selly.
Hidayat Adhiningrat P., Abdul Aziz, dan Romus Panca (Batam)