Jakarta, Gatra.com - International Pepper Community (IPC) akan menyelenggarakan pertemuan tahunan di Vietnam pada November mendatang. IPC menguasai 73 produksi lada dunia yang beranggotakan 5 negara yaitu India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam.
Kepala Subdirektorat Organisasi Komoditas, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Flora Susan mengungkapkan stabilisasi harga melalui kontrol produksi menjadi salah satu agenda pembahasan.
"Karena produksi terbesar ada di Vietnam, maka kami berusaha minta negara itu ada suatu skema pengaturan manajemen suplai," kata Flora di Hotel Akmani, Jakarta, Selasa (17/9).
Flora menyebut hingga kini belum ada skema khusus pengaturan suplai lada secara internasional. Selama ini, kebijakan produksi diserahkan kepada masing-masing negara.
"Kalau di sini kami lihat bagaimana pengaturan (produksi) terbaik untuk lada. Kami lihat karakteristik komoditasnya," tuturnya.
Ia pun menambahkan selama ini anggota IPC berusaha mengupayakan peningkatan konsumsi lada melalui peringatan hari lada di masing-masing negara anggota.
Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional, Arlinda berharap para anggota IPC dapat duduk bersama untuk membahas upaya mendongkrak lada internasional.
"Untuk merangsang petani menghasilkan produk-produk tersebut," ujarnya.
Arlinda mengungkapkan harga lada putih dan lada hitam pernah mencapai harga Rp157 ribu per kilogram dan Rp121 ribu per kilogram untuk lada hitam pada 2016. Saat ini, harganya turun Rp37 ribu per kilogram untuk lada putih dan Rp22 ribu per kilogram untuk pada hitam.
Arlinda menilai anjloknya harga lada disebabkan oleh tingginya produksi dibanding konsumsi. Sejak tahun 2013 produksi lada meningkat 7-8 persen, sedangkan di saat yang sama pertumbuhan konsumsi hanya sekitar 2 persen.
"Kalau suplainya banyak dan demand-nya (permintaan) tidak telalu banyak, terjadi ekses (kelebihan) suplai, sehingga harganya terlalu rendah," katanya.