Jakarta, Gatra.com - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa industri pengolahan kakao mempunyai peranan penting dalam peningkatan ekonomi negara. Bahkan, industri kakao ini termasuk dalam industri prioritas Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
"Pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao diarahkan untuk menghasilkan bubuk kakao, lemak kakao, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, kosmetik, dan farmasi," kata Airlangga di Kementerian perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (17/9).
Baca juga: Ekspor Kakao Meningkat, Indonesia Terus Perluas Pasar Uni Eropa
Namun, berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO), produksi biji kakao Indonesia menurun pada tahun 2018. Sebelumnya, Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan volume produksi sebesar 260.000 ton di tahun 2017, menjadi 220.000 di tahun 2018.
"Indonesia mengalami pergeseran menjadi produsen biji kakao terbesar ke-6 di dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Ecuador, Nigeria, dan Kamerun," ujarnya.
Baca juga: Kadin Dorong Industri Kakao Masuk ke Sektor Hulu
Saat ini, Indonesia memiliki 20 perusahaan industri pengolahan kakao dengan kapasitas 747 ribu ton per tahun. Namun, pencapaian utilisasinya hanya mencapai 59%.
"Hal ini disebabkan menurunnya pasokan bahan baku biji kakao dalam negeri setiap tahunnya," ucap Airlangga.