Palembang, Gatra.com – BMKG Stasiun Meteorlogi SMB II Palembang memperkirakan tidak akan ada potensi terjadi hujan di Sumatera Selatan (Sumsel) selama sepekan ke depan, atau sampai 22 September mendatang. Hal ini mengakibatkan kabut asap masih akan terus menyelimuti kota Palembang seperti saat ini.
Kasi Observasi dan Informasi BMKG Bandara SMB II Palembang, Bambang Beni mengatakan angin permukaan dari tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 Km/Jam) mengakibatkan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari wilayah selatan dan tenggara terbawa ke atas atau tepatnya kota Palembang. Sumber asap berasal dari kawasan SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji.
“Pada kondisi tersebut, angin membawa asap ke Palembang. Hal ini akan terus terjadi ketika tidak ada hujan dan atau masih terjadi kebakaran di wilayah-wilayah tersebut,,” ujar Beni.
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/444556/gaya-hidup/udara-di-palembang-katagori-berbahaya-akibat-asap
Dia menambahkan, langit pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer mengakibatkan suhu di permukaan relatif dingin pada saat dini hari menjelang pagi hari yakni berkisar antara 21-23°C. Setelah terbit matahari, keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel asap akan terangkat naik dengan jarak pandang yang lebih baik. “Partikel asap akibat angin horizontal akan tetap ada di permukaan yang menyebabkan kekeruhan di udara,” ungkapnya.
Sementara pada 16 September ini, jarak pandang di Bandara SMB II Palembang sebesar 300-800 m dengan kelembapan 92-94%. Intensitas asap (smoke) pada umumnya meningkat terjadi pada dini hari menjelang pagi hari yakni pada 01.00-07.00 WIB.
baca juga : https://www.gatra.com/detail/news/444903/kesehatan/bayi-meninggal-di-banyuasin-diduga-diperparah-karena-asap
“Hal itu disebabkan labilitas udara yang stabil. Fenomena asap sendiri, diindikasikan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran. Hal ini berpotensi diperburuk jika bercampur dengan kelembapan yang tinggi sehingga membentuk fenomena kabut asap (smog),” terangnya.