Algier, Gatra.com - Presiden sementara Aljazair, Abdelkader Bensalah mengatakan, Aljazair tetap akan mengadakan pemilihan presiden (Pilpres) pada 12 Desember mendatang. Walau kondisi saat ini terjadi protes yang dilakukan massa untuk menunda pemungutan suara hingga elit yang berkuasa berhenti dari jabatannya terlebih dahulu.
Demonstrasi yang dilakukan massa sebelumnya memaksa Presiden veteran Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri pada April lalu. Hal tersebut menyebabkan Aljazair dalam keadaan terlantar dan menghadapi pertikaian antara pengunjuk rasa dan pemerintah yang didukung militer.
"Pilpres adalah satu-satunya solusi demokratis untuk krisis," kata Bensalah seperti diwartakan Reuters, Senin (16/9).
Baca Juga: Diduga Korupsi, Mantan Menteri Kehakiman Aljazair Ditahan
Sebelumnya, pihak berwenang telah membatalkan Pilpres yang direncanakan pada 4 Juli. Hal ini dikarenakan kurangnya kandidat di tengah protes massa menuntut berhentinya pejabat lama, seperti Bensalah dan Perdana Menteri Noureddine Bedoui.
Kepala Militer, Letnan Jenderal Ahmed Gaed Salah telah berulang kali menyerukan pemilihan sesegera mungkin. Meskipun oposisi dan pengunjuk rasa menolak pemungutan suara.
Sebelumnya, otoritas pemilihan independen ditunjuk untuk mengatur pemungutan suara menggantikan kementerian dalam negeri, yang bertanggung jawab atas pemilihan selama beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Wika Akui Dapat Banyak Tawaran Proyek Dari Afrika
"Badan [pemilihan] ini adalah tanggapan konkret terhadap tuntutan dari orang-orang kami, termasuk mereka yang mencari perubahan radikal dari sistem. Perubahan ini mengkonfirmasi bahwa negara akan memenuhi semua tuntutan," kata Bensalah.
Pihak berwenang berusaha menenangkan demonstran dengan memulai tuntutan terhadap sekutu Bouteflika atas dugaan kasus korupsi. Dua mantan perdana menteri, dua mantan kepala intelijen, delapan menteri, dan beberapa pengusaha terkemuka ditahan setelah diinterogasi oleh hakim sebagai bagian dari investigasi anti-korupsi.