Home Ekonomi Sulsel Ekspor Perdana Talas Beku ke Jepang

Sulsel Ekspor Perdana Talas Beku ke Jepang

Makassar , Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali melepas pengiriman perdana talas beku ke Jepang sebanyak 8,85 ton.

Sebelum dikirim, petugas Karantina Pertanian Makassar melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik untuk memastikan produk tersebut aman dan layak serta bebas dari hama penyakit sesuai persyaratan sanitary dan phytosanitary dari negara tujuan.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, dalam keterangan tertulis, Senin (16/9), menyampaikan, Barantan tidak hanya menyertifikasi produk mentah namun juga memastikan produk pertanian olahan baik hewan maupun tumbuhan yang dikirim aman dan layak untuk dikonsumsi.

"Untuk ekspor point pentingnya adalah pemenuhan standar sanitary and phytosanitary measure atau SPS dari negara tujuan," terang Jamil yang melepas ekspor sekaligus lakukan kunjungan kerja ke Intalasi Karantina Tumbuhan di gudang pemilik eksportir di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (14/9).

Menurutnya, upaya tersebut telah dikombinasikan dengan berbagai kebijakan dan inovasi layanan perkarantinaan guna semakin mempermudah dan mempercepat proses ekspor. Seperti sistem OSS, peta komofitas pertanian ekspor iMace, sistem pemeriksaan In Line Inspection, sertifikat elektronik e-cert, dan program peningkatan jumlah eksportir baru yaitu Agro Gemilang atau kepanjangan dari Ayo Galakkan Ekspor, Generasi Milenial Bangsa.

Salah satu percepatan layanan karantina dilakukan dengan penetapan gudang pemilik sebagai tempat lain untuk melakukan tindakan karantina sehingga petugas karantina dapat melakukan pemeriksaan langsung di tempat proses.

"Ini bisa lebih efektif, sehingga kontainer tidak perlu lagi diperiksa di pelabuhan," ujar Jamil.

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Makassar, Andi Yusmanto, menjelaskan bahwa selama tahun 2019, terdapat 15 eksportir baru dari total 35 eksportir selama 2019 yang mengekspor berbagai komoditas pertanian seperti umbi porang, manggis, durian, mangga, markisa, dan vanili. Kini bertambah satu perusahaan pengekspor umbi talas yaitu PT Tridanawa Perkasa Indonesia.

Sedangkan pertambahan negara tujuan ekspor selama 2019 sebanyak tiga negara yaitu Thailand dan Belarus untuk komoditas mede dan Papua New Guinea untuk ekspor tepung terigu.

"Kita harus jaga dan kembangkan pertumbuhan ekspor ini dengan 3K yaitu dengan menjaga kualitas, menambah kuantitas, dan menjaga kontinuitasnya," katanya.

Peluang Ekspor Talas

Potensi pasar ekspor ke Jepang cukup besar. Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan bahwa kebutuhan talas beku untuk pasar jepang sekitar 380 ribu ton per tahun dan potensi suplai dari Indonesia baru dapat memenuhi 310 ribu ton yang berasal dari dalam negeri Jepang dan Tiongkok. Masih ada kekurangan 70 ribu ton per tahun, ini potensi ekspor yang dapat digarap.

Pengiriman talas beku atau frozen satoimo dipacking sesuai dengan klasifikasi ukuran. Di Jepang, talas beku ini digunakan sebagai pengganti beras dan kentang. Karakternya yang tinggi protein dan kalori tetapi rendah karbohidrat membuat umbi talas digemari masyarakat Jepang.

Mr. Hirotaka Aoki, Business Development Japanese Customers Yield Management dari pihak pelayaran berharap setelah pengiriman perdana ke Jepang, ekspor ini bisa berjalan secara kontinyu.

Abdul Hayat, Sekda Provinsi Sulsel, yang juga hadir dan melepas ekspor mengapresiasi semua pihak. Ia senang, karena melalui peningkatan ragam komoditas pertanian ekspor tersebut, selain berdampak positif pada peningkatan pendapatan daerah, juga menjadi nilai tambah bagi petani dan masyarakat Sulsel.

Jamil kembali mengajak, pada semua instansi pemerintah serta calon eksportir dan investor agar mau bahu membahu membangun Sulsel lewat pengembangan ekspor komoditas pertanian.

Menurutnya, dari data sistem otomasi IQFAST Badan Karantina Pertanian menunjukkan bahwa, selama bulan Januari hingga Juni 2019, ekspor komoditas pertanian dari Sulsel sebanyak 168 ribu ton atau senilai Rp7,4 triliun.

Adapun umbi yang mempunyai nama latin Colocasia antiquarum esculenta tersebut, memiliki kandungan protein dan kalori yang tinggi, namun rendah karbohidrat.

"Kalau sumber pangan kita manfaat buat kesehatan, buat orang luar, ini bagus. Kita berikan manfaatnya, Insyaallah berkah pula buat kita," kata Jamil.