Riyadh, Gatra.com - Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk (GCC) Dr. Abdullatif bin Rashid Al-Zayani mengutuk serangan pesawat tak berawak terhadap dua pabrik Aramco di Abqaiq dan Hijrat Khurais, Sabtu (14/9).
Dikutip kantor berita Saudi Press Agancy (SPA) serangan itu menggambarkannya sebagai tindakan teroris pengecut dan ancaman nyata terhadap keamanan, stabilitas, dan kepentingan vital Kerajaan.
Al-Zayani mengatakan penargetan pabrik Saudi Aramco di Saudi adalah upaya untuk merusak pasokan energi global, meski itu hanya menemui kegagalan besar.
Dia menambahkan bahwwa Arab Saudi, dalam peran ekonomi globalnya, tetap tidak dapat diatasi dengan rencana kriminal mereka dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap tindakan kriminal terorisme ini.
Sebelumnya, Kelompok Yaman Houthi yang berpihak di Iran mengaku bertanggungjawab atas serangan dua pabrik di jantung industri minyak Arab Saudi pada hari Sabtu. Serangan itu melupuhkan lebih dari setengah produksi minyak milik Kerajaan Saudi, yang berpotensi membuat harga minyak melonjak dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Serangan itu akan memangkas produksi kerajaan sebesar 5,7 juta barel per hari (bpd), menurut pernyataan dari perusahaan minyak milik pemerintah Saudi Aramco, atau lebih dari 5% dari pasokan minyak global.
Arab Saudi adalah eksportir terbesar minyak di dunia, dan mengirimkan lebih dari 7 juta barel minyak ke negara tujuan secara global setiap hari, dan selama bertahun-tahun telah berfungsi sebagai pemasok terakhir ke pasar dunia.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyalahkan Iran atas serangan tersebut dan menulis di Twitter bahwa "tidak ada bukti serangan datang dari Yaman."
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump melalui telepon bahwa Riyadh masih mampu menghadapi dan menangani agresi teroris tersebut.
Sebelumnya, Amerika Serikat mengutuk serangan itu dan Trump mengatakan kepada pangeran mahkota bahwa Washington siap bekerja dengan kerajaan untuk menjamin keamanannya, menurut pernyataan Gedung Putih.
Departemen Energi AS juga mengatakan siap melepaskan minyak dari cadangan minyak strategisnya jika perlu. Sekretaris Energi Rick Perry juga mengatakan departemennya akan bekerja dengan Badan Energi Internasional, yang mengoordinasikan kebijakan energi negara-negara industri, jika tindakan global diperlukan.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi Muslim Sunni terus melakukan intervensi di Yaman sejak tahun 2015 terhadap pemberontak Houthi dan menyalahkan saingan regional Iran Syiah atas serangan tersebut meski dibantah Teheran.
Riyadh menuduh Iran mempersenjatai Houthi, tuduhan yang dibantah oleh kelompok itu dan Teheran.