Karimun, Gatra.com - Kabut asap mulai menebal di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Tak bisa diketahui sudah dilevel berapa bahaya asap itu lantaran di sana tidak ada alat pengukur bahaya asap (Indeks Standard Pencemar Udara (ISPU)).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Rachmadi mengatakan kalau masyarakat belum ada yang mengeluh atau melapor terkait gangguan pernapasan.
"Dari puskesmas-puskesmas yang ada juga belum ada laporan," katanya kepada Gatra.com, Sabtu (14/9).
Lantaran tidak ada alat ukur bahaya asap kata Rachmadi, tindakan baru akan diambil jika memang sudah ada temuan kasus gangguan kesehatan.
Selain tak punya alat pengukur bahaya asap, ketersediaan masker pun kata Rachmadi, terbatas. "Kita antisipasi pas ada peningkatan kasus. Kalau antisipasinya dari awal, takutnya nanti pas dibutuhkan, masker malah tidak ada," katanya.
Rachmadi kemudian menghimbau masyarakat yang sudah terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) untuk tidak beraktifitas di luar rumah.
Pantauan Gatra.com, kabut asap terlihat cukup tebal, lebih tebal dibanding hari-hari sebelumnya. Langit di Pulau Karimun Besar terlihat redup. Pulau-pulau yang tak jauh dari Tanjungbalai Karimun tampak samar lantaran tertutup kabut asap.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas IV Raja Haji Abdullah Tanjungbalai Karimun, Raden Eko Sarjono mengatakan, kabut asap yang ada di Karimun merupakan kiriman dari Kalimantan dan Sumatera. Sebab hingga saat ini, di Kabupaten Karimun tidak ada ditemukan hotspot atau titik panas.
"Pola angin saat ini memang membuat Karimun terpapar kabut asap," katanya.
Meski jarak pandang belum terlalu berdampak terhadap pelayaran dan penerbangan, tetap saja kabut asap sudah cukup mengganggu.
"Untuk pelayaran dan penerbangan belum terganggu. Hanya saja mungkin penerbangan ke Karimun menjadi tertunda sedikit karena kondisi di Pekanbaru," ujarnya.
Kepada nelayan ataupun masyarakat yang beraktifitas di daratan, Eko mengimbau agar lebih waspada. "Kalau keluar pakai kacamata dan masker. Karena sekarang mata sudah terasa pedih," pesannya.
Reporter: Putri Permata Sari