Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, menyerap hasil produksi kedelai petani di Garut dan Cianjur sejak tahun 2018 untuk diolah.
Direktur Pengolahan dan pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Gatut Sumbogodjati, di Jakarta, Jumat (13/9), menyampaikan, pihaknya rata-rata mengambil kedelai tersebut dua pekan sekali sebanyak 200 kg, harga per kg-nya sekitar Rp8.000 sudah sampai diantar di Jakarta.
"Selanjutnya bahan baku kedelai dari petani itu kami pasok ke pengrajin tahu tempe. Namanya 'Tahu Onoh'," kata Gatut.
"Nantinya bahan baku itu diolah menjadi tempe, tahu dan susu kedelai dengan branding GREATS. GREATS itu sebenarnya singkatan dari Gurih, Renyah, Enak, Aman, Tanpa GMO, dan Sehat," ujr Gatut.
Lebih lanjut disebutkan Gatut, untuk pemasarannya sementara ini masih di lingkup Kementan, selain itu juga ada gerai outlet Greats di Kementan. Ke depannya Kementan ingin memperluas jangkauan pemasaran agar bisa membantu petani kedelai.
"Kami ingin mengenalkan bahwa kedelai lokal kita lebih unggul dan patut untuk terus dikembangkan," ucapnya.
Perlu diketahui, Kedelai produk dalam negeri memiliki kualitas lebih baik ketimbang kedelai impor. Gatut menjelaskan secara aspek budidaya tentu lebih baik, memiliki karakteristik fisik dan kimia terbaik, sifatnya nonmodifikasi genetik (Non GMO/Genetic Modified Organism, mutu yang lebih baik, nilai gizi yang lebih baik, mampu mencegah penyakit degeneratif, serta rasa dan aromanya pun lebih baik.
"Kandungan protein kedelai lokal sebanyak 52,7 %, lebih tinggi dibanding kedelai impor yang hanya 46 %. Kemudian, sifat nonmodifikasi genetik (Non GMO/Genetic Modified Organism) sebagai keunggulan dari kedelai lokal," ungkapnya.
Kedelai lokal merupakan kedelai asli hayati dan bukan kedelai transgenik seperti kedelai impor. Sementara kedelai yang ditanam di negara-negara maju, 80% adalah organisme yang telah dimodifikasi secara genetik.
"Terakhir, dari sisi mutu kedelai lokal memiliki mutu terbaik. Kedelai yang dihasilkan petani lokal lebih berkualitas dalam aroma dan kesegarannya. Kondisi ini terjadi karena kedelai impor itu sudah dipanen 3 bulan lalu atau bahkan telah bertahun-tahun," kata Gatut.
Kementan bercita-cita mewujudkan kembali swasembada kedelai. Produksi kedelai saat ini memang belum mencukupi kebutuhan, namun demikian di tahun 2019 target Kementan tanam 1 juta hektare kedelai baik monokultur maupun tumpangsari padi jagung agar bisa mendongkrak produksi nasional.
Indonesia memiliki sejumlah wilayah yang menjadi sentra tanaman kedelai. Yang paling sentral di Jawa Tengah, Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Grobogan. Kemudian, di Sukabumi terus ke selatan sampai di daerah Garut.
"Misalnya Grobogan, Lamongan, Kebumen, itu setelah musim padi, air tidak cukup, bisa untuk nanam kedelai," kata Gatut.