Padang, Gatra.com - Tarif baru ojek online (ojol) mulai berlaku sejak 2 September 2019 di seluruh daerah Indonesia, tidak terkecuali di Kota Padang. Akibatnya banyak masyarakat yang mengeluhkan kenaikannya.
Adriyanti (35), sebagai orang yang sering menggunakan ojol untuk pergi-pulang kerja, kini terpaksa harus naik angkot semenjak harga Gojek dua kali lipat. Selama ini, perempuan yang bekerja sebagai wiraswasta ini mengaku mendapat kemudahan dengan adanya Gojek di Kota Padang. Selain layanannya yang cepat, terhindar dari macet, dan juga ongkosnya terjangkau.
"Sekarang terpaksa naik angkot buat ke kantor. Ongkosnya lebih irit meski harus menunggu lama dan desak-desakan," ujarnya kepada Gatra.com saat ditemui di Padang, Jumat (13/9).
Baca Juga: Tarif Naik, Driver Padang Geruduk Kantor Perwakilan Gojek
Tentunya, kenaikan tarif sistem zonasi ini bukan hanya berdampak pada customer (pelanggan), tetapi juga bagi driver gojek itu sendiri. Pasalnya, semenjak berlakunya tarif baru, driver sulit mencapai target point karena sepinya pelanggan.
Salah satu driver Gojek di Kota Padang, Ramadhanu Putra merasakan dampak kenaikan tarif. Dia biasanya mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIB, dan menjelang siang sudah mencapai target 15 orang pelanggan setiap harinya. Artinya, dari siang hingga sore dia hanya mengejar bonus.
"Tapi sekarang sudah susah. Dari pagi turun dari rumah, sampai setelah Isya belum tentu mencapai target. Pelanggan sudah mulai naik angkutan kota [angkot] kembali," kata Ramadhanu sambil menyeka keringat di keningnya.
Baca Juga: Ini Penyebab Ribuan Gojeker Geruduk Markas GOJEK Lampung
Pemuda 28 tahun ini menceritakan, awal mulanya dia menjadi driver Gojek sejak setahun lalu. Sambil duduk di atas bangku sebilah papan, ia memulai ceritanya dengan perasaan berat. Awalnya, dia melakoni pekerjaan sebagai pedagang dan menjadi driver Gojek hanya sampingan. Namun setelah mencicipi manisnya hasil ngojek, dia berhenti berdagang dan fokus jadi driver Gojek.
Betapa tidak, waktu itu dia berhasil membawa pulang laba bersih dari hasil ngojek Rp200 ribu-Rp300 ribu, bahkan lebih setiap hari. Memang, pada waktu itu driver Gojek belum ramai, sedangkan pelanggan banyak. Bukan hanya Go-Ride, tapi juga Go-Food, sudah menjadi ladang baginya mendulang poin, dan sekaligus uang.
"Dulu saya bantu-bantu jual baju milik orang di Pasar Raya. Pulang dari pasar, saya langsung ngojek. Saya lihat Gojek menjanjikan, akhirnya saya putuskan untuk fokus," tutur Ramadhanu sambil sesekali menghirup kopi pesanannya.
Baca Juga: Driver di Padang Protes Tarif Naik, Ini Jawaban Gojek
Kemudian, dia menghirup nafas dalam-dalam. Dengan muka menunduk, dia memulai, seperti merasakan betul dampaknya kenaikan tarif baru Gojek ini. Apalagi, duit yang diperoleh selain untuk kebutuhan anak-istri, menafkahi ibunya, juga untuk cicilan motor yang dipakainya.
Dalam pengakuan Ramadhanu, sejak awal bulan ini, dalam sehari dia hanya mampu membawa uang pulang paling banyak Rp80.000 sehari. "Kalau panas-panasan itu sudah risiko di jalanan," ujarnya.
Dengan penuh harapan, ia meminta agar pemerintah memberlakukan tarif Gojek yang semula. "Kalau sekarang, kita tambah sulit. Jangankan pelanggan, kawan-kawan driver saja banyak yang vakum dari ngojek," ungkapnya.
Adapun tarif baru berdasarkan zonasi yang disusun Kemenhub yakni: Zona I (Sumatra, Jawa, Bali, kecuali Jabodetabek) Rp1.850-2.300 per kilometer biaya minimal Rp7.000-10.000. Zona II (Jabodetabek) Rp2.000-Rp2.500 per kilometer, dengan biaya minimal Rp8.000-10.000. Zona III (Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan lainnya) Rp2.100-2.600 dengan biaya minimal Rp7.000-10.000.