Jakarta, GATRAReview.com - Universitas Pertamina memilih fokus ke kurikulum yang berhubungan dengan industri energi. Dua puluh persen lulusan terbaiknya direkrut untuk bekerja di PT Pertamina Persero dan anak perusahaannya.
Konsep link and match antara perguruan tinggi dan dunia usaha sedang gencar digaungkan pemerintah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Realisasinya antara lain melalui transfer pengetahuan, transfer teknologi, dan program magang mahasiswa.
Salah satu perguruan tinggi yang memiliki link and match dengan perusahaan atau industri adalah Universitas Pertamina (UP). Kampus yang terletak di kawasan Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ini memiliki kurikulum yang berkaitan dengan teknologi dan bisnis energi. “Karena kita lahir dari industri terutama industri energi, maka kita fokusnya di aspek energi,” ujar Rektor Universitas Pertamina Prof. Akhmaloka, PhD, kepada GATRA.
Hampir setiap tahun terjadi peningkatan pengangguran lulusan pendidikan tinggi. Salah satu penyebabnya adalah lulusan perguruan tinggi belum didukung dengan kemampuan atau kompetensi untuk masuk ke pasar kerja.
Untuk mengatasi itu, universitas yang berdiri pada 2016 ini tengah mempersiapkan diri menuju entrepreneurial university. Menurut Akhmaloka, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sinergi dan kerjasama yang baik antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah.
Industri menyediakan program dan anggaran bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, sedangkan perguruan tinggi menyediakan SDM untuk melakukan penelitian dan menghasilkan inovasi. Lalu pemerintah dapat mendorong kerja sama kelembagaan itu melalui insentif bagi perguruan tinggi dan industri.
Sepanjang 2018, Universitas Pertamina juga mengirimkan mahasiswa ke beberapa perguruan tinggi luar negeri terbaik melalui program internship dan student exchange. Perguruan tinggi yang dituju antara lain Toyohashi University of Technology (TUT) di Jepang, National Institute of Technology (NITAC) Akashi College di Jepang, National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) di Taiwan, dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) di Malaysia.
Lalu sebagai realisasi dari program link and match itu, dalam waktu dekat ratusan mahasiswa Universitas Pertamina akan menjalani program magang di Pertamina dan anak usahanya. “Bulan Juni-Juli nanti akan ada 350 mahasiswa yang magang selama dua-tiga bulan ke Pertamina,” kata Akhmaloka.
Pada semester akhir, Akhmaloka melanjutkan, mahasiswa Universitas Pertamina tak akan lulus jika belum magang di dunia industri.
Salah satu fakultas unggulan di Universitas Pertamina adalah Fakultas Eksplorasi dan Produksi. Fakultas ini dekat dengan industri migas yang menjadi domain Pertamina. “Fakultas itu paling diminati,” ujar Wakil Rektor III Bidang Riset, Pengembangan, dan Kerja Sama Universitas Pertamina, Budi W. Soetjipto.
Di sisi lain, bagi kurang-lebih 3.000 mahasiswa yang saat ini berkuliah di Universitas Pertamina, faktor kedekatan dengan dunia industri dan iming-iming bekerja di Pertamina menjadi daya tarik utama untuk menimba ilmu di kampus ini. “Yang kita tahu, Pertamina adalah BUMN terbesar di Indonesia,” ujar mahasiswa Universitas Pertamina, Luthfi Nur Hidayat, kepada wartawan GATRA, Muhammad Afandi.
Luthfi, mahasiswa asal Klaten, Jawa Tengah, adalah penerima beasiswa dari Universitas Pertamina. Ia mendapatkan beasiswa berupa kuliah gratis dan biaya hidup selama kuliah. Ia berharap bisa bekerja di Pertamina setelah lulus nanti. “Saya maunya bekerja di Pertamina EP,” ujar mahasiswa semester VI Jurusan Geofisika Fakultas Eksplorasi dan Produksi ini.
Luthfi mewakili ribuan mahasiswa Universitas Pertamina yang berharap langsung bekerja di PT Pertamina Persero dan anak perusahaannya selulus kuliah. Namun ia juga sadar bahwa Pertamina memiliki kuota terbatas untuk merealisasikan itu. Pada 2018, misalnya, kata Luthfi, rektor menyebut hanya 20% lulusan terbaik kampusnya yang akan ditarik dan direkrut oleh PT Pertamina dan anak perusahaannya. “Walau tidak menjamin, kita lebih dekat dengan apa yang kita minati,” kata Luthfi.
Ervan Bayu Setianto