Batam, Gatra.com -- Imam Bachroni menggali ingatannya tentang apa saja yang sudah dibikin oleh almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie saat masih menjadi Ketua Otorita Batam pada rentang waktu 1978-1998. Yang paling kental dalam ingatan lelaki 55 tahun ini adalah tentang konsep pembangunan enam jembatan yang menyatukan pulau Batam, Tonton, Nipah, Rempang, Galang dan Galang Baru.
Sebab ternyata, lewat jembatan itu, Habibie tidak hanya ingin membikin Batam menjadi besar. Tapi pada jembatan itu pula dia selipkan ragam ilmu yang bisa didulang generasi penerus di masa datang. "Tengoklah Jembatan I, konsep arsitekturnya cable stay, jembatan dengan penyangga kabel baja. Lalu jembatan II dengan pola box girder panjang tanpa tiang penyangga. Jembatan III di cor dengan sub baja berongga. Jembatan V dengan pola Speed Art Construktion. Ini semua dibikin beragam dengan tujuan supaya insinyur kita belajar dan bisa diimplementasikan di daerah lain," kata Kepala Perizinan Lahan Badan Pengusahaan (BP) ini kepada Gatra.com, Kamis (12/9).
Lalu ada pula proyek Bandara Hang Nadim yang punya run way sepanjang 4.023 meter. Bandara ini sempat menjadi yang terbaik di Sumatra di masanya. "Beliau juga membikin jalan dengan konstruksi yang sama dengan Tol Jagorawi," katanya.
Bachroni baru saja usai melaksanakan salat ghaib bersama ratusan pegawai BP Batam untuk mendoakan Habibie. Ustad Windu Wijaya yang menjadi Imam Shalat Ghaib itu. Sosok Habibie memang sangat penting dan menjadi panutan di lingkungan BP Batam lantaran lembaga itu pernah dipimpin Habibie selama 20 Tahun.
"Saat beliau memimpin Otorita Batam (kini BP Batam), spirit yang ditularkan untuk menjadikan Batam maju, sangat luar biasa, taktiknya menjaring lulusan teknik terbaik dari luar Batam, jitu," katanya. Pada 1988 kata Bachroni, Batam masih hanya sekadar basis logistik pipa milik Pertamina. "Inilah yang kemudian diubah oleh Habibie menjadi kawasan industri," ujar Bachroni.
Ikut dalam perjalanan panjang Batam dan Habibie itulah kemudian yang membikin Bachroni menjadikan Habibie tak hanya sebagai pemimpin, tapi juga guru, sahabat dan orang tua yang sangat egaliter. "Saya pribadi, institusi dan keluarga merasa sangat kehilangan. Semoga amal dan ibadah beliau diterima Allah SWT," kata lelaki itu dengan mata berkaca-kaca.