Jakarta, Gatra.com - Pengacara 6 Mahasiswa Papua yang ditahan di Mako Brimob, Michael Himan mengkhawatirkan penahanan 6 mahasiswa asal Papua di Mako Brimob dapat memunculkan konflik baru sebab 2 dari mereka adalah anak dari kepala suku di Wamena.
"Dampak dari penahanan ini akan berdampak ke orang tua disana, karena 2 orang anak kepala suku, saya paling takutkan disini, serius," ujar Michael kepada wartawan saat ditemui di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (12/9).
Michael berharap agar polisi bersikap bijak dengan tidak mempersulit proses hukum yang berjalan.
"Oke lah hukum boleh jalan, tapi pertimbangkan secara antropologis budaya orang Papua seperti apa," tegas Michael.
Michael mengaku bahwa pihak kepolisian mempersulit dirinya dan keluarga untuk menemui 6 mahasiswa Papua yang ditahan di Mako Brimob. Akibatnya komunikasi dengan orang tua mahasiswa di Papua buntu dan dikhawatirkan dapat memicu hal yang tidak diinginkan.
"Kita padahal ingin semua damai, tidak terjadi konflik, tapi kalau proses penahanan makin lama, orang tua tiap hari telpon saya, mau bicara sama anaknya di dalam tapi saya dibatasi, semakin emosi orang tuanya. Saya khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ungkap Michael.
Michael menyebut 2 dari 6 mahasiswa merupakan anak dari Kepala Suku Dani dan Kepala Suku Nduga di Wamena.
"Wamena bisa mereka kasih hancur, mereka dari suku Dani dan suku nduga," ujar Michael.
Selain itu, Michael mengungkapkan bahwa salah satu orang tua dari mahasiswa yang ditahan telah mencoba melakukan percobaan bunuh diri karena depresi memikirkan anaknya yang dipenjara.
"Mamanya ketika dengar anaknya di tahanan mau bunuh diri, sudah masuk kali uwe di Wamena, mau bunuh diri bawa Alkitab. Lalu berkata Tuhan Yesus anak saya masuk penjara saya mati saja. Dia ceburkan diri ke kali uwe, tapi beruntung sempat diselamatkan," tutur Michael.
Michael berharap agar keenam mahasiswa Papua ini dapat dibebaskan dan kasusnya tidak dipolitisir sehingga menimbulkan konflik baru.
"Semoga bebas, kasus ini jangan dipolitisir, mereka murni turun bukan menggulingkan pemerintahan yang sah. Bendera itu bagian dari identitas, jangan terlalu bawa arah ke Papua merdeka, mereka mahasiswa baik, kasian masih kuliah semuanya soalnya," pungkas Michael.