Jakarta, Gatra.com- Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Univesitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Eko Prasojo mengatakan, birokrasi Indonesia masih dipengaruhi zaman penjajahan.
"Nah, ini yang sering kali gagal. Banyak negara dengan pembangunan yang bagus, tetapi masih menganut birokrasi power culture," ujarnya dalam Public Governance Workshop "Penguatan Anggaran Berbasis Kinerja untuk Meningkatkan Kelola dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah"," di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (12/9).
Birokrasi itu, jelas Eko, masih menganut sistem patronase, artinya, mengandalkan kekuasan, bukan untuk melayani masyarakat.
"Itu mendarah daging di birokrasi kita, yang sebenarnya merupakan warisan dari masa kolonial dulu. Jadi, bagaimana saat itu birokrasi dijadikan alat pemerintahan Belanda untuk menguasai masyarakat Indonesia," katanya.
Selain itu, ia menambahkan, sistem ini akan melunturkan inovasi dan kebaikan yang pernah diciptakan oleh pemimpin sebelumnya. "Jadi, kalau ada pemimpin yang bagus dan suatu saat dia (pemimpin) berhenti memangku jabatan. Maka, semua inovasi dan kebaikan akan hilang dalam waktu yang singkat, atau bahkan dalam kurung waktu satu tahun," ucapnya.
Meski begitu, Eko mengakui, sistem ini masih memiliki nilai positif. Salah satunya, apabila seorang pemimpin utama memiliki kinerja yang baik, maka pemimpin nasional atau daerah akan ikut memiliki kinerja yang baik.
"Ya, hambatannya hanya itu. Khusunya, dalam bagaimana kinerja bagus itu bisa berlanjut dan menjadi komitmen bersama," pungkasnya.