Jakarta, Gatra.com - Pengamat ekonomi internasional Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal menyatakan industri ekonomi kreatif (ekraf) belum terlihat signifikan. Padahal, menurut penelitian dari Deloitte, industri ekraf bisa berkontribusi 2% bagi ekonomi Indonesia.
"Kalau pemerintah Indonesia bisa mendorong industri ekonomi kreatif seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk lebih berkembang menjadi go-digital, maka dapat berikan kontribusi sebesar 2%. Sehingga target pemerintah untuk pertumbuhan Indonesia sebesar 5% bila ditambah dengan 2% dari industri ekraf, maka dapat bertumbuh hingga 6-7%," katanya saat dihubungi oleh Gatra, Kamis (12/9).
Sayangnya, tambah Fithra, UMKM ini masih mengalami kesulitan untuk didorong ekspornya dan masuk dalam jaringan pasar global. Pasalnya, mereka masih alami kesulitan dari teknis teknologi, pembiayaan terbatas karena akses perbankan belum terbuka, dan masih kurang sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing.
Selain industri ekonomi kreatif, Fithra menyatakan pemerintah Indonesia perlu mendorong segi industri secara keseluruhan. Pasalnya, menggenjot industri adalah salah satu cara untuk tingkatkan kontribusi industri pada perekonomian.
"Yang perlu dilakukan untuk pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggenjot industri. Hal tersebut bisa dilakukan dengan tingkatkan lebih intensif produk yang dihasilkan industri lokal untuk diekspor sehingga peroleh lebih banyak investasi," katanya.
Lanjutnya, ia menyampaikan untuk target peringkat tujuh sebagai negara ekonomi terbesar di dunia pada 2030, butuh pertumbuhan ekonomi hingga 6,5% dan keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle economy trap).
"Untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) dan target 2030 adalah tumbuh 6,5%. Di mana target tersebut bisa dicapai asal industri diperbaiki semaksimal mungkin oleh pemerintah Indonesia," katanya.